PEMBAHARUAN DALAM ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas SKI
yang diampu oleh Aniroh, M.S.I.
Oleh:
1.
Banatus
Sholihah
2.
Rohiatun
Ma’fiah
3.
Iin
Hidayati
4.
Khoerul
Latifah
Sekolah Tinggi Agama Islam Sufyan Tsauri (STAIS)
Majenang
Tahun Akademik 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Pembaharuan dalam Islam ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Aniroh, M.S.I. selaku
Dosen mata kuliah SKI yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah pembaharuan dalam islam. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah pembaharuan dalam islam. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................. 1
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Pembaharuan................................................................... 2
B. Pemikiran islam sebelum periode modern......................................... 2
C. Pemikiran islam modern.................................................................... 3
1. Mesir........................................................................................... 4
2. Turki............................................................................................ 7
3. India Pakistan............................................................................. 9
BAB III Kesimpulan............................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber ajaran Islam adalah al
Quran dan hadis. Keduanya lalu
ditafsirkan, tafsir itu merupakan hasil
pemikiran mufasir. Pemikiran itulah
sebenarnya yang membentuk sikap dan perilaku kaum muslimin. Tatkala suatu
pemikiran dimunculkan dan dianggap sesuai dengan keadaan zaman, pemikiran tersebut diterima oleh masyarakat
Islam masa itu. Tetapi lama kelamaan
situasi berubah. Pemikiran tadi
adakalanya tidak sesuai lagi dengan keadaan yang baru. Maka para pemikir memikirkan kembali hasil
pemikiran lama untuk disesuaikan dengan keadaan baru. Tatkala pemikiran ulang
itu dilakukan dan disesuaikan dengan zaman modern, hasil pemikiran itu disebut modernisasi
pemikiran Islam. Pembaruan dalam Islam
dilakukan berdasarkan pemikiran baru tersebut. Jadi, pada hakikatnya, istilah pembaharuan atau modernisasi itu sama
saja, yaitu penerapan pemikiran modern dalam memajukan Islam dan umat Islam.
Kondisi zaman modern ditandai
oleh penggunaan rasio dalam kehidupan. Karena itu, pada dasarnya, pembaharuan atau modernisasi dalam Islam
identik dengan rasionalisasi. Pemikiran rasional dalam Islam dipengaruhi oleh
persepsi tentang tingginya kedudukan akal dalam Islam. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama
dari Yunani yang sudah masuk ke dunia Islam. Tetapi, jika pemikiran rasional Islam itu bersifat
religius, maka pemikiran rasional Yunani
bercorak sekuler.
Untuk memahami pemikiran modern
dalam Islam, sebaiknya lebih dahulu
diketahui garis besar sejarah umat Islam sejak awal sampai zaman modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pembaharuan
Pembaharuan
yang dimaksud disini adalah pembaharuan yang kata padanannya dalam bahasa Arab
ialah tajdid, bukan bid’ah,
ibda’ atau ibtida’. Sebab,
meskipun kata-kata ini juga mengandung makna kebaruan, pembaharuan ataupun pembuatan hal baru, konotasinya negative karena secara semantic
mengandung arti pembuatan hal baru dalam agama. Secara kebahasaan sebetulnya kata-kata bid’ah
dan tasyrifnya mempunyai arti kreativitas atau daya cipta. Maka dalam al Quran pun Tuhan disebutkan
sebagai al-Badi’, Maha Kreatif atau Maha berdaya cipta (QS. 2:59 dan 6:101). Dan jika Nabi SAW bersabda agar kita berbudi
dengan mencontoh budi Tuhan, maka
kreativitas atau daya cipta adalah hal yang sangat terpuji. Namun sudah dikatakan, tentu saja yang terpuji itu bukanlah
kreativitas atau daya cipta dalam hal agama itu sendiri, seperti kreativitas dan daya cipta dalam
masalah ibadah murni. Maka sama sekali
tidak dapat dibenarkan, misalnya, menambah jumlah rakaat dalam shalat atau
memasukkan sesuatu yang sebenarnya hanya budaya belaka menjadi bagian dari
agama murni. Maka kreativitas atau daya
cipta dalam hal keagamaan murni (bukan dalam hal budaya keagamaan) sama dengan
tindakan mengambil wewenang Allah SWT dan Rasul-Nya. Ini suatu perbuatan yang
sesungguhnya tidak mungkin, sehingga
yang memaksa melakukannya juga, menurut
sabda Nabi SAW adalah sesat. [1]
B. Pemikiran Islam Sebelum Periode Modern
Pada periode pertengahan, telah muncul pemikiran dan usaha pembaharuan
Islam dikerajaan Usmani di Turki. Akan
tetapi usaha itu gagal karena ditentang golongan militer dan ulama. Pada abad ke-17, kerajaan Usmani mulai mengalami kekalahan
dalam peperangan dengan Negara Eropa. Kekalahan itu mendorong raja dan pemuka
kerajaan Usmani untuk menyelidiki sebab-sebabnya. Kemudian diketahui bahwa
penyebabnya adalah ketertinggalan mereka dalam teknologi militer. Mereka selidiki pula rahasia keunggulan Barat.
Mereka temukan bahwa rahasianya adalah
karena Barat memiliki sains dan teknologi tinggi yang diterapkan dalam
kemiliteran.
Karena itulah, pada 1720, kerajaan
Usmani mengangkat Celebi Mehmed sebagai utusan kerajaan untuk Perancis. Dia bertugas mempelajari benteng-benteng
pertahanan, pabrik-pabrik, serta institusi-institusi Perancis lainnya. Laporan Celebi Mehmed tertuang dalam bukunya, seferetname. Berdasarkan laporan itu,
diupayakanlah pembaharuan di Kerajaan
Usmani.
Usaha pembaharuan itu mendapat tantangan. Tantangan
pertama datang dari tentara tetap yang disebut Janissary. Janissary mempunyai
hubungan erat dengan Tarekat Bektasyi yang berpengaruh besar dalam masyarakat. Tantangan kedua datang dari pihak ulama. Ide-ide
baru yang didatangkan dari Eropa itu dianggap bertentangan dengan paham
tradisional yang dianut masyarakat Islam ketika itu. Karena itu, usaha pembaharuan pertama di
Kerajaan Usmani tidak berhasil seperti yang diharapkan.
Di India, sebelum periode
modernisasi, muncul juga ide dan usaha pembaharuan. Pada awal abad ke-18, kesultanan mogul
memasuki zaman kemunduran. Perang
saudara untuk merebut kekuasaan sering terjadi. Golongan hindu yang merupakan mayoritas, ingin
melepaskan diri dari kekuasaan mogul. Selain itu, inggris juga telah mulai
memperbesar usahanya untuk memperoleh daerah kekuasaan di India.
Suasana itu menyadarkan para pemimpin Islam India akan kelemahan umat
Islam. Salah seorang yang menyadari hal
itu ialah Syah Waliyullah (1703-1762) dari Delhi. Ia berpendapat Salah satu
penyebab kelemahan umat Islam ialah perubahan system pemerintahan dari system
khilafah ke system kerajaan. System pertama bersifat demokratis, sedang system
kedua bersifat otokratis. Karena itu system ke Khalifahan seperti pada masa al-
Khulafa al-Rasyidun perlu dihidupkan kembali.
C. Pemikiran Islam Modern
1. Mesir
Pemikiran dan pembaharuan Islam di Mesir pada periode modern ditokohi
oleh cukup banyak pemikir, antara lain: jamaludin al-afgoni;Muhammad Ali Pasya (1765-1849) yang bermodel
reformisme Barat. Dia mempertautkan
ekonomi Mesir dengan Eropa. at-Tahtawi (1801-1873) memiliki pandangan bahwa
rahasia pertumbuhan Eropa terletak pada pikiran orang-orangnya yang bebas untuk
berfikir secara kritis, mengubah
kebijakan lama dan menerapkan ilmu dan teknologi modern untuk menyelesaikan
masalah. [2]
a. Muhammad
Ali Pasya (1765-1849)
Muhammad Ali Pasya adalah orang Turki kelahiran. Dia bekerja sebagai pemungut pajak. Karena prestasi kerjanya yang baik ia menjadi
kesayangan Gubernur setempat dan kemudian menjadi menantu Gubernur tersebut. Kemudian
dia menjadi anggota militer dan menunjukkan kecakapan dalam menjalankan tugas
dan diangkat menjadi perwira.
Dia adalah salah satu perwira yang turut dikirim ke Mesir untuk
menghadapi tentara Napoleon. Dalam pertempuran dengan tentara Napoleon tahun
1801, Muhammad Ali Pasya menununjukan
keberanian yang luar biasa dan diangkat menjadi kolonel.
Setelah kepergian tentara
Napoleon, Kaum Mamluk kembali ke Mesir
untuk mengambil kekuasaan. Sementara itu juga dikirim Pasya dari Turki. Muhammad Ali Pasya mengadu domba keduanya dan
berhasil menumpas mereka. Ia kemudian mengangkat dirinya sendiri menjadi Pasya
di Mesir.
Pembaharuan
yang dilakukan Muhammad Ali Pasya di Mesir
1) Politik Luar Negeri
Menyadari
ketertinggalan bangsa Mesir dari peradapan barat, maka hubungan dengan
negara-negara barat harus diperbaiki. Dia mengirimkan 311 mahasiswa (1813-1849)
untuk belajar di Itali, Perancis, Inggris dan Austria. Mereka belajar tentang
ilmu-ilmu kemiliteran, kedokteran, arsitek dan obat-obatan.
2) Politik Dalam Negeri (Membangun
kekuatan Militer)
Dia
menyadari bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan dibesarkan dengan
kekuatan militer. Pada tahun 1815, untuk pertama kalinya dibangun sekolah
militer di Mesir dengan mendatangkan instruktur dari Barat.
3) Ekonomi
Mesir
adalah negara pertanian, untuk mempertinggi hasil pertanian dilakukan perbaikan
irigasi, penanaman bibit kapas dari India dan Sudan, mendatangkan ahli
pertanian barat dan memperbaiki pengangkutan.
4) Pendidikan
Meskipun
Muhammad Ali Pasya buta huruf, namun dia mengerti tentang pentingnya pendidikan.
Maka dibangunlah berbagai sekolah seperti sekolah teknik, sekolah kedokteran, pertambangan, pertanian
dan sekolah penerjemah dengan mendatangkan guru-guru dari barat. Sekolah
penerjemah ini yang kemudian memperlancar penerjemahan berbagai buku dalam
bahasa Arab.
5) Pemerintahan
Muhammad
Ali Pasya memerintah dengan diktaktor, dia memiliki penasehat tetapi putusan
terakhir tetap ditangannya.
b.
Al
Tahtawi(1801-1873)
Al Tahtawi adalah pimpinan mahasiswa yang diutus Muhammad
Ali Pasya ke Perancis. Ketika beumur 16 tahun, ia belajar di Kairo selama lima
tahun .Kemudian mengajar di Al Ahzar selama dua tahun hingga pada tahun 1824
diangkat menjadi imam tentara dan dua tahun setelahnya baru dikirim ke
Perancis.
Selama di Perancis dia belajar bahasa Perancis dan berhasil
menerjemahkan dua belas buku. Diantaranya buku sejarah Alexander Makedonia, buku
pertambangan, adat-istiadat berbagai bangsa, akhlak dan sebagainya.
Setelah kembali ke Kairo, dia menjadi pengajar bahasa
Perancis dan penerjemah di Sekolah Kesehatan. Dua tahun setelahnya dipindah di
sekolah Artileri untuk memimpin menerjemahkan buku teknik dan kemiliteran[3].
Dia juga pernah menjabat kepala sekolah penerjemah. Menerjemahkan Undang-undang
Perancis dalam Bahasa Arab dan karya-karya ilmu Khaldun.Memimpin surat kabar Waqa’iul
Misriyah yang tidak hanya berisi berita tetapi juga kemajuan ilmu
pengetahuan barat.
Al-Tahtawi bukanlah seorang yang sekuler. Dia menghendaki
Mesir maju seperti barat, namun tetap dijiwai oleh agama dalam segala aspek. Salah
satu jalan untuk kesejahteraan adalah dengan berpegang dengan Agama dan akhlak.
Oleh karenanya pendidikan adalah penting untuk membentuk manusia berkepribadian
dan patriotik (hubbul wathan). Dia juga mencetuskan emansipasi
pendidikan bagi wanita, agar mereka bisa mendidik anak-anaknya, menjadi pathner
suami dalan kehidupan intelek dan sosial serta dapat pula bekerja.
Dalam hal agama, Dia menghendaki agar para ulama mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak menutup pintu ijtihad.
2.
Turki
Pemikiran
dan pembaharuan Islam Turki pada periode modern dipimpin oleh banyak tokoh
pemikir, antara lain Sultan Mahmud II (1785-1839), tokoh-tokoh Tanzimat
(Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami, Mehmed Sadik Rifat Pasya), tokoh-tokoh
pemikir Usmani Muda (Ziya Pasya dan Namik Kemal), para pemikir Turki Muda
(Ahmad Riza, Pangeran Sabahuddin, Mehmed Murad), tokoh-tokoh aliran
Barat-Islam-Nasionalis dan Mustafa Kemal (1881-1938). Isi pembaharuan
tokoh-tokoh pemikir Turki diantaranya memisahkan urusan agama dan urusan dunia,
pembaharuan dibidang pemerintahan, pendidikan yaitu pendidikan universal,
ekonomi dan politik, juga westernisasi, sekularisasi dan nasionalisme terbatas.[4]
a. Sultan
Mahmud II (1785-1839)
Sultan mahmud lahir pada tahun 1785 beliau
diangkat menjadi Sultan di tahun 1807 dan meningal di tahun 1839. Di bagian
pertama dari masa kesultanannya ia disibukkan oleh peperangan dengan Rusia dan
usaha menundukkan daerah-daerah yang mempunyai kekuasaan otonomi besar,
peperangan dengan Rusia selesai di tahun 1812. Setelah kekuasaannya sebagai
pusat pemerintahan Kerajaan Usmani bertambah kuat, Sultan Mahmud II melihat
bahwa telah tiba masanya untuk memulai usaha-usaha pembaharuan yang telah lama
ada dalam pemikirannya. Sultan Mahmud II, dikenal sebagai Sultan yang tidak mau
terikat pada tradisi dan tidak segan-segan melanggar adat kebiasaan lama.
Sultan-sultan sebelumnya menganggap diri mereka tinggi dan tidak pantas bergaul
dengan rakyat. Oleh karena itu, mereka selalu mengasingkan diri dan meyerahkan
soal mengurus rakyat kepada bawahan-bawahan. Timbulah anggapan mereka bukan
manusia biasa dan pembesar-pembesar Negara pun tidak berani duduk ketika
menghadap Sultan.
Tradisi aristokrasi ini dilanggar oleh Mahmud II. Ia mengambil sikap demokratis dan selalu muncul di muka umum untuk berbicara atau menggunting pita pada upacara-upacara resmi. Menteri dan pembesar-pembesar negara lainnya ia biasakan duduk bersama jika datang menghadap. Pakaian kerajaan yang ditentukan untuk Sultan dan pakaian kebesaran yang biasa dipakai Menteri dan pembesar-pembesar lain ia tukar dengan pakaian yang lebih sederhana. Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II dan yang kemudian mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di Kerajaan Usmani ialah perubahan dalam bidang pendidikan. Seperti halnya di Dunia Islam lain di zaman itu, Madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada di Kerajaan Usmani. Di Madrasah hanya diajarkan agama sedangkan p-engetahuan umum tidak diajarkan. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan Madrasah tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. Selain itu, Sultan Mahmud II juga mendirikan Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah Kedokteran dan Sekolah Pembedahan. Lulusan Madrasah banyak meneruskan pelajaran di sekolah-sekolah yang baru didirikannya. Selain dari mendirikan Sekolah Sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa ke Eropa yang setelah kembali ke tanah air juga mempunyai pengaruh dalam penyebaran ide-ide baru di Kerajaan Usmani.
Pembaharuan-pembaharuan yang diadakan Sultan Mahmud II diataslah yang menjadi dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan selanjutnya di Kerajaan Usmani abad ke-19 dan Turki abad ke-20.[5]
Tradisi aristokrasi ini dilanggar oleh Mahmud II. Ia mengambil sikap demokratis dan selalu muncul di muka umum untuk berbicara atau menggunting pita pada upacara-upacara resmi. Menteri dan pembesar-pembesar negara lainnya ia biasakan duduk bersama jika datang menghadap. Pakaian kerajaan yang ditentukan untuk Sultan dan pakaian kebesaran yang biasa dipakai Menteri dan pembesar-pembesar lain ia tukar dengan pakaian yang lebih sederhana. Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II dan yang kemudian mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di Kerajaan Usmani ialah perubahan dalam bidang pendidikan. Seperti halnya di Dunia Islam lain di zaman itu, Madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada di Kerajaan Usmani. Di Madrasah hanya diajarkan agama sedangkan p-engetahuan umum tidak diajarkan. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan Madrasah tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. Selain itu, Sultan Mahmud II juga mendirikan Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah Kedokteran dan Sekolah Pembedahan. Lulusan Madrasah banyak meneruskan pelajaran di sekolah-sekolah yang baru didirikannya. Selain dari mendirikan Sekolah Sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa ke Eropa yang setelah kembali ke tanah air juga mempunyai pengaruh dalam penyebaran ide-ide baru di Kerajaan Usmani.
Pembaharuan-pembaharuan yang diadakan Sultan Mahmud II diataslah yang menjadi dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan selanjutnya di Kerajaan Usmani abad ke-19 dan Turki abad ke-20.[5]
b. Tanzimat
Istilah tanzimat berasal dari bahasa Arab
dari kata Tanzim yang berarti pengaturan, penyusunan dan memperbaiki.
Dalam pembaharuan yang diadakan pada masa tanzimat merupakan sebagai lanjutan
dari usaha-usaha yang dijalankan oleh Sultan Mahmud II yang banyak mengadakan
pembaharuan peraturan dan perundang-undangan. Secara terminologi tanzimat
adalah suatu usaha pembaharuan yang mengatur dan menyusun serta memperbaiki
struktur organisasi pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayaan, antara tahun
1839-1871 M.Tokoh-tokoh penting tanzimat antara lain : Mustafa Rasyid Pasya,
Mustafa Sami, Mahmud Sadek Rif’at Pasya dan Ali Pasya.
3. India-Pakistan
Pemikiran
modern Islam di India-Pakistan merupakan kelanjutan pemikiran Syah Waliyullah
pada abad ke-18. Pewaris mughal adalah yang paling dekat dengan bangsa Eropa
dalam kaitan dengan hubungan antara struktur administrasi mereka dan yang pada
akhirnya menjadi suatu struktur administrasi kolonial. Pendidikan modern,
transportasi dan terutama sekali struktur administrasi distrik diciptakan oleh
Inggris pada abad ke-19 ketika mereka menjajah India. Selain itu Isi
pembaharuan mereka diantaranya menghilangkan taqlid sekalipun pendapat empat
imam besar, melawan penjajahan barat, pembaharuan pendidikan yaitu mementingkan
ilmu dan teknologi juga menghargai kebebasan akal, tidak memusatkan pada ibadah
dan akherat saja, membuka kembali pintu ijtihad, dan emansipasi wanita.[6]
Para penerusnya itu ialah tokoh-tokoh pemikir gerakan Mujahidin (Syah Abdul
Aziz dan Sayyid Ahmad Syahid), Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) dengan gerakan
Aligarhnya yang mewakili kepentingan elit bahasa Urdu dan bangsawan Muslim di
India akhir abad ke-19. retorika gerakan ini berfokus pada reformasi
pendidikan.[7]
Sayyid Amir Ali (1849-1928), Muhammad Iqbal (1876-1938) yang menawarkan formula
baru tentang hubungan Islam dan Negara dalam berbagai dimensi.[8]
Ali Jinnah (1876-1948), dan Abu Kalam Azzad (1888-1916).[9]
a. Abdul Azis
(1746-1823)
Salah seorang murid Waliyullah yang
meneruskan perjuangannya ialah Abdul Aziz, lahir di Delhi pada tahun 1746 M,
dan wafat pada tahun 1823 M. Dalam usaha untuk mengangkat harkat orang-orang
Islam itulah maka Abdul Aziz berusaha dengan pokok-pokok pikirannya:
1) Pertama, Kemunduran umat Islam itu
disebabkan masuknya ajaran Persia dan animisme yang membaur dengan ajaran
Islam. Oleh sebab itu ajaran Islam dalam hal ini Tauhid harus dititik beratkan
pada :
v Pintu
ijtihad harus selalu terbuka
v Roh wali tidak mempunyai kekuatan dan tidak dapat menolong
orang dari kesulitan dan kesengsaraan.
v Sunnah yang dapat diterima hanyalah sunnah Nabi dan yang
timbul di zaman Khulafaurrasyidin.
2) Untuk kemajuan umat islam mendatang,
maka kaum muslimin harus belajar dan pandai berbahasa Inggris.
b. Sayid
Ahmad Khan (1817-1898)
Sayid Ahmad Khan lahir pada tahun 1817 Masehi keturunan dari
Rasulullah Muhammad SAW, dari pihak Husein. Neneknya adalah seorang pembesar
istana di zaman Alamghir II (1754-1759). Pendidikan yang ia tempuh melalui
pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama dan disamping bahasa Arab ia
juga belajar bahasa
Menurut pemikiran Sayid Ahmad Khan kemajuan ummat Islam
bukan cara memusuhi Inggris dan bekerja sama dengan Hindu, tetapi harus dekat
dengan orang-orang Inggris, karena kamajuan Islam tidak terlepas dari
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sedangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern banyak dihasilkan oleh orang-orang Inggris.
Penafsiran dan interpretasi yang diberikannya terhadap
ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima oleh golongan terpelajar (Islam)
dibandi dari hasil penafsiran yang lama atau sebelumnya.
Pada tahun 1859, tenaga dan pikirannya dicurahkan untuk
meningkatkan kehidupan umat di bidang intelektual, politik dan ekonomi melalui
pendidikan. Sarana ini efektif untuk mengubah sikap mental masyarakat. Karena
perannya ini, Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam India mundur karena mereka
tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban klasik telah hilang dan celah
timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru ini adalah ilmu pengetahuan
dan teknologi. Inilah yang menjadi sebab utama bagi kemajuan dan kekuatan orang
Barat.
Kendati Ahmad Khan sendiri dididik dalam sekolah
tradisional, ide-ide pendidikan yang dilontarkannya bercorak modern, yaitu
berupa sekolah-sekolah atau perguruan tinggi yang mengajarkan sains tanpa
melupakan pengajaran agama dan institusi-institusi lainnya. Begitu besar
perhatian Ahmad Khan di bidang pendidikan ini sehingga Baljon, seorang Prancis
menyebutnya sebagai pembaharu pendidikan dan peletak dasar modernisme Islam di
India. Penafsiran dan interpretasi yang diberikannya terhadap ajaran-ajaran
Islam lebih dapat diterima oleh golongan terpelajar (Islam) dibandi dari hasil
penafsiran yang lama atau sebelumnya.
Pemikirannya
dalam keagamaan itu antara lain :
1) Perkawinan menganut asas monogami, poligami bertentangan
dengan semangat Isla m
dan hal ini tidak akan diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa.
2) Islam dengan tegas melarang
perbudakan, termasuk perbudakan dari tawanan perang, meskipun syariat
memperkanankannya.
3) Bank Modern, transaksi perdagangan,
pinjaman serta perdagangan internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun
semua itu mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap riba, karena hal itu
tidak bertentangan dengan hukum Al-Qur’an.
4) Hukum potong tangan yang didasarkan
pada Al-Qur’an dan Sunnah bagi pencuri, lemparan batu serta cambukan 100 kali
bagi pezina hanya sesuai dengan masyarakat primitif yang kekurangan tempat
penjara atau tidak mempunyai penjara.
5) Jihad itu dilarang kecuali dalam
keadaan memaksa untuk mempertahankan diri.
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat
disimpilkan, bahwa periode pemikiran pembahruan Islam terbagi menjadi dua,
yaitu; periode pra modern dan periode modern. Timbulnya pemikiran pembaharuan
lebih disebabkan kekalahan umat Islam dengan Negara Barat, baik militer,
ekonomi, pendidikan dan politik. Hal inilah yang membuat para pemikir muslim
gerah dan berusaha berfikir dengan menggunakan metode Barat.
[1] Taufik Abdullah [et.al], Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam: Pemikiran Dan Peradaban, vol. 4 cet. III (Jakarta, Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2005) hal: 9
[2] John Cooper, Ronald L. Nettler,
Mohamed Mahmo ud. Pemikiran Islam, cet. I (Jakarta; Erlangga, 2002) hal: XV
[3] Drs.H.M YusranAsmuni,hlm.74
[6] Op.cit.
Rekonstruksi Sejarah Islam: Ditengah Pluralitas Agama Dan Peradaban, hal: 154
[7] Op.cit.
Pemikiran Islam, hal: 2
[8] Irwandar, Dekonstruksi Pemikiran Islam: Idealitas Nilai dan
Realitas Empiris, cet. I (Yogyakarta; Ar-Ruzz Media Press, 2003) hal: 146
[9] Op.cit.
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran Dan Peradaban, hal: 407-412