BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
MASALAH
Dalam
kehidupan yang kita jalani, kita pasti pernah mengalami sebuah kegiatan yang
kita sebut dengan belajar. Ya belajar merupakan sebuah kegiatan penting yang
dilakukan oleh seorang individu untuk dapat mengenali dan mengetahui lebih
lanjut tentang sebuah hal yang berguna bagi hidup dan kehidupannya.
Membicarakan tentang belajar maka hal ini dilakukan oleh setiap orang mulai
dari mereka masih kecil hingga meninggal dunia. Mengapa? ini karena kegiatan
belajar tersebut merupakan sebuah kebutuhan yang dimiliki oleh setiap orang
agar dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang terus mengalami
perkembangan dan perubahan seperti pada era modern yang dinamis saat ini.
Ketika kita membicarakan lebih lanjut tentang kegiatan belajar tersebut mungkin akan banyak di antara kita yang mengaitkannya dengan kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah. Nah karena itulah maka pada makalah ini kami sengaja menyajikan kepada rekan-rekan tentang sebuah bahasan yang cukup menarik mengenai konsep pembelajaran dan model-model pembelajaran.
Ketika kita membicarakan lebih lanjut tentang kegiatan belajar tersebut mungkin akan banyak di antara kita yang mengaitkannya dengan kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah. Nah karena itulah maka pada makalah ini kami sengaja menyajikan kepada rekan-rekan tentang sebuah bahasan yang cukup menarik mengenai konsep pembelajaran dan model-model pembelajaran.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah
ini yaitu sebagai berikut :
1.
Bagaimana
konsep pembelajaran pendidikan dalam perspektif sistem ?
2.
Apa saja
model-model pembelajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP
PEMBELAJARAN
Pembelajaran adalah proses,
cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat
belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun
proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi
antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat
tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang
memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi
motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.
Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui
proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang
memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih
mudah mencapai target belajar.
Konsep Dasar
Pembelajaran telah dirumuskan dalam Pasal 1 (satu) butir 20 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni "Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar". Dalam konsep dasar tersebut terkandung 5
konsep, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar dan
lingkungan. Selain konsep tersebut, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya
komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya. Komponen-komponen
tersebut adalah :
1.
Tujuan pembelajaran, mengacu pada kemampuan
atau kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran tertentu;
2.
Materi pembelajaran, yaitu segala sesuatu yang
dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan;
3.
Kegiatan pembelajaran, mengacu pada penggunaan
pendekatan strategi, metode, dan teknik serta media dalam membangun proses
belajar dan pengalaman belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara optimal;
4.
Evaluasi pembelajaran.
Proses
pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk
mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
B.
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
1.
Model Pembelajaran
Perolehan Konsep
Model pembelajaran ini dikembangkan
berdasarkan karya Jerome Brunner,Jacqueline Goodnow, dan George Austin. Goodnow
dan Austin yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam, dan sebagai manusia kita
harus mampu membedakan, mengkategorikan dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia
dalam membedakan, mengelompokkan dan menamakan sesuatu inilah yang menyebabkan
munculnya sebuah konsep.
Model pembelajaran perolehan konsep ini
bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu. Model ini dapat
diterapkan untuk semua umur,dari anak-anak sampai orang dewasa.
a.
Prosedur
pembelajaran
Suatu
konsep diperoleh melalui tiga tahap:
1) Kategorisasi yaitu upaya mengkategorikan sesuatu yang sama atau
tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh.
2) Kategori yang tidak sesuai disingkirkan,dan kategori yang sesuai
digabungkan sehingga membentuk suatu konsep (consept formation)
3) Suatu konsep tertentu dapat disimpulkan.
Tahap
terakhir inilah yang dimaksud dengan perolehan konsep.
Mealui model ini, perolehan konsep
didasarkan pada kondisi reseptif siswa dan sifatnya lebih langsung. Model ini
terdiri tiga tahapan mengajar :
1) Guru menyajikan data kepada siswa
Data
tersebut dapat berupa peristiwa,objek, cerita, dan lain-lain. Siswa diberitahu
bahwa dalam daftar data yang disajikan terdapat beberapa data yang memiliki
kesamaaan. Mereka diminta untuk memberi nama konsep tersebut dan menjelaskan
definisi konsep berdasarkan cirri-cirinya.
2) Siswa menguji perolehan konsep mereka
Pertama
dengan cara mengidentifikasi contoh mereka yang mengacu pada konsep tersebut.
Setelah itu, guru mengkonrfimasi kebenaran dari dugaan siswanya terhadap konsep
tersebut, dan meminta mereka untuk merevisi konsep yang masih kurang tepat.
3) Mengajak siswa untuk menganalisis/mendiskusikan strategi sampai
merekan dapat memperoleh konsep tersebut.
Dalam
keadaan sebenarnya, pasti penelusuran konsep yang mereka lakukan tersebut. Ada
yang mulai dari umum, ada yang mulai dari khusus, dan lain-lain. Akan tetapi,
perbedaan strategi diantara siswa ini menjadi palajaran bagi yang lainnya untuk
memilih strategi mana yang paling tepat dalam memahami suatu konsep tertentu.
b.
Aplikasi
Bagi
anak-anak konsep dan contohnya harus lebih sederhana dibandingkan untuk anak
tingkatan kelas yang lebih tinggi. Model ini juga juga dapat menjadi alat
evaluasi yang efektif bagi guru untuk mengukur pakah idea tau konsep penting
yang baru saja diajarkan telah dikuasai oleh murid atau tidak.
2.
Model Pembelajaran
Berpikir Induktif
Model pembelajaran berpikir induktif
merupakan karya besar Hilda Taba. Suatu strategi mengajar yang dikembangkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi. Secara singkat
modelin merupakan strategi mengajar untuk mengembangkan keterampilan berpikir
siswa. Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut.
a. Kemampuan berpikir dapat diajarkan
b. Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara indvidu dengan
data. Artinya, dalam setting kelas, bahn ajar merupakan saran bagi siswa untuk
mengembangkan operasi kognitif tertentu. Dalam setting tersebut, siswa belajar
mengorganisasikan fakta kedalam suatu sistem konsep, yaitu
1) Menghubungkan-hubungkan data uang diperoleh satu sama lain serta
membuat kesimpulan berdasarkan hubungan-hubunga tersebut
2) Menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yng telah diketahuinya
dalam rangka membangun hipotesis
3) Memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena tertentu.
Guru,
dalam hal ini dapat membantu prose internalisasi dan konseptualisasi
berdasarkan informasi tersebut.
c. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang berturan
(lawful). Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu,
prasyarat tetentu harus dikuasai terlebi dahulu, dan urutan tahapan ini tidak
bisa dibalik.
a.
Prosedur
pembelajaran
Menurut
Hilda Taba berpikir induktif melibatkan tiga tahapan dan karenanaya ia
mengembangkan tiga strategi cara mengajarkannya.
1.
Strategi
pertama : Pembentukan Konsep
Strategi
ini terdiri dari tiga langkah :
a)
Mengidentifikasi
data yang relevan dengan permasalahan
b)
mengelompokkan
data atas dasar kesamaan karakteristik
c)
membuat
kategori serta memberi label pada kelompok-kelompok data yang memiliki kesamaan
karakteristik.
2.
Strategi kedua
: Interpretasi Data
Strategi
ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan menyimpulkan
data. Sama halnya dengan strategi pertama, cara ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Strategi
ini terdiri dari tiga langkah :
a)
Guru dapat
mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa agar dapat mengidentifikasi
aspek-aspek tertentu dari suatu data.
b)
Guru meminta
siswa untuk menjelaskan berbagai informasi yang diperolehnya dan menghubungkan
antara yang satu dengan yang lainnya. Pertanyaan yang diajukan kai ini
menekankan pada pertanyaan-pertanyaan yang menujukkan sebab akibat.
c)
Membuat
kesimpulan.
3.
Strategi ketiga
: pembelajaran prinsip
Siswa
diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena
baru.
Ada
tiga langkah dalam strategi ini :
a)
Guru mengajukan
suatu permasalahan baru
b)
Guru meminta
siswa untuk menjelaskan prediksi atau hipotesisnya.
c)
Guru menita siswa
untuk menjelaskn agar teori?argumen yang memperuat hipotesisnya.
b.
Aplikasi
Model
pembelajaran ini ditujukan untuk membangun mental kognitif. Strategi ini sangat
membutuhkan banyak informasi yang harus digali oleh siswa. Kelebihan lain dari
model ini, selain sangat sesuai untuk social study, juga dapat digunakan
untuk semua pelajaran seperti sains, bahasa, dan lain-lain. Model ini juga
secara tidak langsung dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
3.
Model
pembelajaran Inquiry Training
Model pemebelajaran ini dikembangkan oleh
seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan
individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena
itu,prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka. Model ini
bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena,
dan memecahkan masalah secara ilmiah. Adapun postulat yang diajukan oleh Suchman
untuk mendukung teori ini adalah sebagai berikut :
a.
Secara alami,
manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala sesuatu
yang menarik perhatiannya
b.
Mereka akan
sadar atas rasa ingin tahu tersebut dan akan belajar untuk menganalisis
strategi berpikirnya
c.
Strategi baru
dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan dengan strategi
lama yang telah diimiliki siswa.
d.
Penelitian
cooperative (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan berpikir dan
membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif dan
belajar menghargai penjelasan atau solusi alternatif.
a.
Prosedur
pembelajaran
Ada
lima langkah prosedur pembelajaran dari model ini :
1.
Siswa
dihadapkan pada suatu situasi yang membingungkan (teka-teki)
2.
Pengumpulan
data untuk verifikasi dan eksperimentasi
Pada tahap ini siswa menanyakan serangkaian
pertanyaan yang dapat dijawab oleh guru dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”,
sementara melakukan percobaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapkan kepada
mereka.
Namun,
pada tahap pertama guru hendaknya menjelaskan prosedur penelitian yang harus
dilakukan oleh siswa.
Verifikasi merupakan proses dimana siswa
menggali informasi tentang peristiwa yang mereka alami sedangkan eksperimen
(percobaan) merupakan proses diman guru memperkenalkan kepada siswa suatu unsur
baru pada suatu situasi tertentu untuk menunjukan bahwa suatu peristiwa dapat
terjadi secara berbeda-beda. Peristiwa dan eksperimentasi terjadi secra
bersamaan, walaupun keduanya dapat djelaskan secara terpisah.
3.
Merumuskan
penjelasan atas peristiwa yang dialami oleh siswa.
Beberapa
siswa diminta untuk memberikan penjelasannya tentang apa yang mereka alami.
4.
Menganalisis
proses penelitian yang telah mereka lakukan.
Pada
tahap ini siswa diminta untuk menganalisis pola penelitian yangtelah mereka
lakukan. Tahap ini penting sekali dilakukan karena kita menginginkan agar siswa
menyadari betul proses penelitian yang dilakukan secara sistematis dang guru
telah mengajarkan kepada mereka menggunakan cara-cara yang lebih efektif.
b.
Aplikasi
Awalnya
model pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan alam, namun
selanjutnya dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Semua topic mata
pelajaran dapat digunakan sebagai suatu situasi masalah yang dapat dilontarkan
oleh guru untuk melatih siswa cara berpikir ilmiah.
Kunci
utamanya terletak pada upaya memformulasikan suatu masalah yang menarik,
misterius, dan menantang bagi siswa agar
mampu berpikir ilmiah, seperti :
1.
Keterampilan
melakukan pengamatan, pengumpulan, dan pengorganisasian data termasuk
merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena
2.
Kemandirian
belajar
3.
Keterampilan
mengekspresikan secara verbal
4.
Kemampuan
berpikir logis
5.
Kesadaran bahwa
ilmu bersifat dinamis dan tentatif
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konsep dasar pembelajaran ada lima, yakni
interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan.
Model-model pembelajaran terdiri dari 3 jenis :
1.
Model pembelajaran perolehan konsep
2.
Model pembelajaran berpikir induktif
3.
Model pembelajaran inquiry training
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno .
2012. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
No comments:
Post a Comment