PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
dalam bahasa lain, mereformasi dirinya sendiri sesuai tuntutan demokratisasi
dan terutama perbaikan institusi-institusi pencetak aset-aset masa depan bangsa
ini agar tidak seperti pendahulunya.Pada umumnya para ahli sependapat bahwa
yang disebut PBM (Proses belajar-mangajar) ialah sebuah kegiatan utuh
terpadu(integral) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru
sebagai pengajar yang sedang mengajar.Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi
interaksi resiprokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi
instruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran.Sehubungan dengan proses
ini, setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas)
kepribadian ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat
psikologis-pedagogis.Hal lain yang perlu dimiliki oleh para pendidik adalah
kompetensi dan profesionalisme keguruan yang sampai batas tertentu sering terlupakan
oleh para guru.
Dalam
upaya mewujudkan proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien maka perilaku
yang terlibat dalam proses tersebut hendaknya didinamiskan secara baik.Pengajar
hendaknya mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar mampu mewujudkan
perilaku belajar siswa melalui interaksi belajar-mengajar yang efektif dalam
situasi belajar-mangajar yang kondusif.Pengetahuan pengajar terhadap
teori-teori dalam dunia pendidikan sangatlah penting untuk membantunya di
lapangan pendidikan yang dihadapkan pada anak didik yang beragam.Dengan
pemaparan tadi, maka dirasa perlu untuk sedikit membahas teori-teori pendidikan
untuk menambah pengetahuan guru sebagai bekal mengajar.
B.
Rumusan Masalah
Dari
pemaparan latar belakang tadi, maka kami menentukan rumusan :
- Apa yang dimaksud dengan teori?
- Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
- Apa saja teori-teori pendidikan?
C.
Tujuan Penilitian
Tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu :
- Mengetahui yang dimaksud dengan teori
- Mengetahui yang dimaksud dengan pendidikan
- mengetahui teori-teori pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
- A. Pengertian
Teori
Menurut Muhammad Surya, teori
merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi mengenai
peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan.
Karakteristik
suatu teori ialah :
- Memberikan
kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan
sebagai dasar untuk penelitian
- Memiliki
prinsip-prinsip yang dapat diuji.
Teori
merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu sendiri
merupakan hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau
kenyataan. Kata-kata merupakan simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita
merujuk pada suatu benda atau realitas yang ada di dunia. Sedangkan konsep
merupakan suatu penjelasan yang lebih luas karena mengubungkan keterkaitan
antara dua atau lebih dari keberadaan benda atau gejala (peristiwa). Karenanya,
teori merujuk pada suatu hubungan antara konsep-konsep yang lebih bisa
menjelaskan peristiwa atau suatu proses tertentu dari kehidupan ini.
Jadi teori sebenarnya adalah sebuah
alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia merupakan penyederhanaan dari
gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan. Teori akan
membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri dengan penjelasan yang
lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua teori atau lebih yang berbeda
tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang beririsan. Dan suatu teori yang
baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu sekecil mungkin, untuk
memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki
karakternya masing-masing
- B.
Pengertian Pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Menurut Langeveld Pendidikan adalah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak
tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang
dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran
hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum
dewasa.
Menurut John Dewey Pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia.
Menurut J.J. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak,
akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
Menurut Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dalam definisi yang panjang ini
terdapat 2 kata kunci yang layak disorot yaitu kedewasaan dan tanggung
jawab. Jadi, pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang dilakukan untuk
mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala kewajibannya baik
sebagai individu maupun makhluq social.
- C. Teori-teori
pendidikan
Teori-teori belajar dan mengajar
yang muara akhirnya adalah perkembangan intelektual, pada dasarnya dapat
dilihat dari berbagai teori yang terdapat dalam tiga aliran pendidikan, yakni
aliran nativisme, aliran empirisme, dan aliran konvergensi.
1.Nativisme
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Bagi
nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan
berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan
bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat,
sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik.
Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Tokoh
utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-1860).
Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli filsafat dan pendidikan dari
Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati
diri manusia. Meskipun dalam keadaan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip
orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada
orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat memengaruhi pembentukan
dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
Aliran
empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme. Empirisme (empiri =
pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensinya di bawah lahir
manusia. Dengan kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam
pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini
berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor
lingkungan.
Dalam
teori belajar mengajar, maka aliran empirisme bertolak dari Lockean
Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam per-kembangan
peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan
sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan.
Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa
dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis aliran empirisme
adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang
mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas
putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan
berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami
bahwa aliran empirisme ini, seorang pendidik memegang peranan penting terhadap
keberhasilan belajar peserta didiknya.
Menurut
Redja Mudyahardjo bahwa aliran nativisme ini berpandangan behavioral, karena menjadikan
perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajaiannya, dengan tetap
menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan belajar peserta didik menurut
aliran empirisme ini, adalah lingkungan sekitarnya. Keberhasilan ini disebabkan
oleh adanya kemampuan dari pihak pendidik dalam mengajar mereka.
3.Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Perintis aliran konvergensi adalah
William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang
berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia disertai pembawaan
baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa anak sejak kelahirannya tidak
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan bakat itu. Jadi seorang anak yang memiliki otak yang cerdas, namun
tidak didukung oleh pendidik yang mengarahkannya, maka kecerdasakan anak
tersebut tidak berkembang. Ini berarti bahwa dalam proses belajar peserta didik
tetap memerlukan bantuan seorang pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam
pembelajaran.
Ketika aliran-aliran pendidikan,
yakni nativisme, empirisme dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar
mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan (nativisme-empirisme)
mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan yang dimaksudkan adalah sifatnya yang
ekslusif dengan cirinya ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir
(konvergensi) pada umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya.
Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang
paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu.
Keberhasilan
teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan aliran-aliran dalam pendidikan,
diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara aliran yang satu dengan aliran
lainnya. Menurut aliran nativisme bahwa seorang peserta tidak dapat dipengaruhi
oleh lingkungan, sedangkan menurut aliran empirisme bahwa justreru lingkungan
yang mempengaruhi peserta didik tersebut. Selanjutnya menurut aliran
konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada peserta didik yang terbawa
sejak lahir saling memengaruhi.
Al-Qur’an sebagai acuan dasar
pendidikan Islam dalam menerangkan teori belajar mengajar telah memberikan
konsep terhadap pemikiran yang terdapat aliran nativisme, empirisme dan
konvergensi. Dalam hal ini, al-Qur’an menegaskan bahwa pembawaan seorang anak
(peserta didik) sejah lahirnya disebut fitrah, dan fitrah ini adalah dasar
keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut al-Qur’an di samping
dapat menerima pengaruh dari dalam (keturunan) juga dapat menerima pengaruh
dari luar (lingkungan). Untuk mengembankan fitrah ini, maka sangat pendidikan
kedudukan pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
Teori merupakan suatu perangkat
prinsip-prinsip terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam
lingkungan
Pendidikan bisa disimpulkan sebagai
proses yang dilakukan untuk mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab
dalam segala kewajibannya baik sebagai individu maupun makhluq social.
Teori-teori pendidikan dihubungkan
dengan filsafat, karena memiliki kaitan erat dengan tujuannya. Teori tersebut
diantaranya :
Teori-teori belajar dan mengajar yang muara akhirnya
adalah perkembangan intelektual, pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai teori
yang terdapat dalam tiga aliran pendidikan, yakni aliran nativisme, aliran
empirisme, dan aliran konvergensi.
DAFTAR
PUSTAKA
Syah,
Muhibbin. 2008 Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cet-13.
Bandung. Rosdakarya.
Syaripudin,
Tatang. 2006. Landasan Pendidikan. Bandung. Sub Koordinator MKDP Landasa
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Iniversitas Pendidikan Indonesia.
S, Nasution.
2004. Didaktik Asas-asas Mengajar.Cet-3. Jakarta. Bumi
Aksara.
Nurani
Soyomukti. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo)Liberal,
Marxis-Sosialis, Postmodern. Ar-ruzzmedia, Yogyakarta. Cetakan: I,
Gunansyah,
Ganes. Hand out. Dasar-dasar Pendidikan. 2008.
Surya,
Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quraisy,2004
Daradjat, Zakiah, et all. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Akrasa kerjasama dengan Depag,
Feisal, Jusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press
No comments:
Post a Comment