Monday, March 14, 2016

MAKLAH PROSES PEMBELAJARAN ( KONSEP DASAR PEMBELAJARAN;MODEL-MODEL PEMBELAJARAN)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
            Dalam kehidupan yang kita jalani, kita pasti pernah mengalami sebuah kegiatan yang kita sebut dengan belajar. Ya belajar merupakan sebuah kegiatan penting yang dilakukan oleh seorang individu untuk dapat mengenali dan mengetahui lebih lanjut tentang sebuah hal yang berguna bagi hidup dan kehidupannya. Membicarakan tentang belajar maka hal ini dilakukan oleh setiap orang mulai dari mereka masih kecil hingga meninggal dunia. Mengapa? ini karena kegiatan belajar tersebut merupakan sebuah kebutuhan yang dimiliki oleh setiap orang agar dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang terus mengalami perkembangan dan perubahan seperti pada era modern yang dinamis saat    ini.
            Ketika kita membicarakan lebih lanjut tentang kegiatan belajar tersebut mungkin akan banyak di antara kita yang mengaitkannya dengan kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah. Nah karena itulah maka pada makalah ini kami sengaja menyajikan kepada rekan-rekan tentang sebuah bahasan yang cukup menarik mengenai konsep pembelajaran dan model-model pembelajaran.

B.     RUMUSAN MASALAH
            Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.      Bagaimana konsep pembelajaran pendidikan dalam perspektif sistem ?
2.      Apa saja model-model pembelajaran ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    KONSEP PEMBELAJARAN
            Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
            Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
            Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Konsep Dasar Pembelajaran telah dirumuskan dalam Pasal 1 (satu) butir 20 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni "Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar". Dalam konsep dasar tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan. Selain konsep tersebut, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya. Komponen-komponen tersebut adalah :
1.      Tujuan pembelajaran, mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran tertentu;
2.      Materi pembelajaran, yaitu segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan;
3.      Kegiatan pembelajaran, mengacu pada penggunaan pendekatan strategi, metode, dan teknik serta media dalam membangun proses belajar dan pengalaman belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal;
4.      Evaluasi pembelajaran.
Proses pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.

B.     MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
1.      Model Pembelajaran Perolehan Konsep
      Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karya Jerome Brunner,Jacqueline Goodnow, dan George Austin. Goodnow dan Austin yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam, dan sebagai manusia kita harus mampu membedakan, mengkategorikan dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan dan menamakan sesuatu inilah yang menyebabkan munculnya sebuah konsep.
      Model pembelajaran perolehan konsep ini bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu. Model ini dapat diterapkan untuk semua umur,dari anak-anak sampai orang dewasa.
a.       Prosedur pembelajaran
Suatu konsep diperoleh melalui tiga tahap:
1)      Kategorisasi yaitu upaya mengkategorikan sesuatu yang sama atau tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh.
2)      Kategori yang tidak sesuai disingkirkan,dan kategori yang sesuai digabungkan sehingga membentuk suatu konsep (consept formation)
3)      Suatu konsep tertentu dapat disimpulkan.
Tahap terakhir inilah yang dimaksud dengan perolehan konsep.
            Mealui model ini, perolehan konsep didasarkan pada kondisi reseptif siswa dan sifatnya lebih langsung. Model ini terdiri tiga tahapan mengajar :
1)      Guru menyajikan data kepada siswa
Data tersebut dapat berupa peristiwa,objek, cerita, dan lain-lain. Siswa diberitahu bahwa dalam daftar data yang disajikan terdapat beberapa data yang memiliki kesamaaan. Mereka diminta untuk memberi nama konsep tersebut dan menjelaskan definisi konsep berdasarkan cirri-cirinya.
2)      Siswa menguji perolehan konsep mereka
Pertama dengan cara mengidentifikasi contoh mereka yang mengacu pada konsep tersebut. Setelah itu, guru mengkonrfimasi kebenaran dari dugaan siswanya terhadap konsep tersebut, dan meminta mereka untuk merevisi konsep yang masih kurang tepat.
3)      Mengajak siswa untuk menganalisis/mendiskusikan strategi sampai merekan dapat memperoleh konsep tersebut.
Dalam keadaan sebenarnya, pasti penelusuran konsep yang mereka lakukan tersebut. Ada yang mulai dari umum, ada yang mulai dari khusus, dan lain-lain. Akan tetapi, perbedaan strategi diantara siswa ini menjadi palajaran bagi yang lainnya untuk memilih strategi mana yang paling tepat dalam memahami suatu konsep tertentu.
b.      Aplikasi
Bagi anak-anak konsep dan contohnya harus lebih sederhana dibandingkan untuk anak tingkatan kelas yang lebih tinggi. Model ini juga juga dapat menjadi alat evaluasi yang efektif bagi guru untuk mengukur pakah idea tau konsep penting yang baru saja diajarkan telah dikuasai oleh murid atau tidak.


2.      Model Pembelajaran Berpikir Induktif
      Model pembelajaran berpikir induktif merupakan karya besar Hilda Taba. Suatu strategi mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi. Secara singkat modelin merupakan strategi mengajar untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut.
a.      Kemampuan berpikir dapat diajarkan
b.      Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara indvidu dengan data. Artinya, dalam setting kelas, bahn ajar merupakan saran bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu. Dalam setting tersebut, siswa belajar mengorganisasikan fakta kedalam suatu sistem konsep, yaitu
1)      Menghubungkan-hubungkan data uang diperoleh satu sama lain serta membuat kesimpulan berdasarkan hubungan-hubunga tersebut
2)      Menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yng telah diketahuinya dalam rangka membangun hipotesis
3)      Memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena tertentu.
Guru, dalam hal ini dapat membantu prose internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut.
c.       Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang berturan (lawful). Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tetentu harus dikuasai terlebi dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik.
a.       Prosedur pembelajaran
Menurut Hilda Taba berpikir induktif melibatkan tiga tahapan dan karenanaya ia mengembangkan tiga strategi cara mengajarkannya.
1.      Strategi pertama : Pembentukan Konsep
Strategi ini terdiri dari tiga langkah :
a)      Mengidentifikasi data yang relevan dengan permasalahan
b)      mengelompokkan data atas dasar kesamaan karakteristik
c)      membuat kategori serta memberi label pada kelompok-kelompok data yang memiliki kesamaan karakteristik.
2.      Strategi kedua : Interpretasi Data
Strategi ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama, cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Strategi ini terdiri dari tiga langkah :
a)      Guru dapat mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa agar dapat mengidentifikasi aspek-aspek tertentu dari suatu data.
b)      Guru meminta siswa untuk menjelaskan berbagai informasi yang diperolehnya dan menghubungkan antara yang satu dengan yang lainnya. Pertanyaan yang diajukan kai ini menekankan pada pertanyaan-pertanyaan yang menujukkan sebab akibat.
c)      Membuat kesimpulan.
3.      Strategi ketiga : pembelajaran prinsip
Siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru.
Ada tiga langkah dalam strategi ini :
a)      Guru mengajukan suatu permasalahan baru
b)      Guru meminta siswa untuk menjelaskan prediksi atau hipotesisnya.
c)      Guru menita siswa untuk menjelaskn agar teori?argumen yang memperuat hipotesisnya.
b.      Aplikasi
Model pembelajaran ini ditujukan untuk membangun mental kognitif. Strategi ini sangat membutuhkan banyak informasi yang harus digali oleh siswa. Kelebihan lain dari model ini, selain sangat sesuai untuk social study, juga dapat digunakan untuk semua pelajaran seperti sains, bahasa, dan lain-lain. Model ini juga secara tidak langsung dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.



3.      Model pembelajaran Inquiry Training
      Model pemebelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu,prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka. Model ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah.  Adapun postulat yang diajukan oleh Suchman untuk mendukung teori ini adalah sebagai berikut :
a.       Secara alami, manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya
b.      Mereka akan sadar atas rasa ingin tahu tersebut dan akan belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya
c.       Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan dengan strategi lama yang telah diimiliki siswa.
d.      Penelitian cooperative (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi alternatif.

a.       Prosedur pembelajaran
Ada lima langkah prosedur pembelajaran dari model ini :
1.      Siswa dihadapkan pada suatu situasi yang membingungkan (teka-teki)
2.      Pengumpulan data untuk verifikasi dan eksperimentasi
      Pada tahap ini siswa menanyakan serangkaian pertanyaan yang dapat dijawab oleh guru dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”, sementara melakukan percobaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapkan kepada mereka.
Namun, pada tahap pertama guru hendaknya menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siswa.
      Verifikasi merupakan proses dimana siswa menggali informasi tentang peristiwa yang mereka alami sedangkan eksperimen (percobaan) merupakan proses diman guru memperkenalkan kepada siswa suatu unsur baru pada suatu situasi tertentu untuk menunjukan bahwa suatu peristiwa dapat terjadi secara berbeda-beda. Peristiwa dan eksperimentasi terjadi secra bersamaan, walaupun keduanya dapat djelaskan secara terpisah.
3.      Merumuskan penjelasan atas peristiwa yang dialami oleh siswa.
Beberapa siswa diminta untuk memberikan penjelasannya tentang apa yang mereka alami.
4.      Menganalisis proses penelitian yang telah mereka lakukan.
Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis pola penelitian yangtelah mereka lakukan. Tahap ini penting sekali dilakukan karena kita menginginkan agar siswa menyadari betul proses penelitian yang dilakukan secara sistematis dang guru telah mengajarkan kepada mereka menggunakan cara-cara yang lebih efektif.
b.      Aplikasi
Awalnya model pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan alam, namun selanjutnya dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Semua topic mata pelajaran dapat digunakan sebagai suatu situasi masalah yang dapat dilontarkan oleh guru untuk melatih siswa cara berpikir ilmiah.
Kunci utamanya terletak pada upaya memformulasikan suatu masalah yang menarik, misterius, dan  menantang bagi siswa agar mampu berpikir ilmiah, seperti :
1.      Keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan, dan pengorganisasian data termasuk merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena
2.      Kemandirian belajar
3.      Keterampilan mengekspresikan secara verbal
4.      Kemampuan berpikir logis
5.      Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Konsep dasar pembelajaran ada lima, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan.
Model-model pembelajaran terdiri dari 3 jenis :
1.      Model pembelajaran perolehan konsep
2.      Model pembelajaran berpikir induktif
3.      Model pembelajaran inquiry training






















DAFTAR PUSTAKA


Hamzah B. Uno . 2012. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

No comments:

Post a Comment