Saturday, September 19, 2015

BAIK DAN BURUK

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Istilah baik dan buruk merupakan dua kata yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Perbuatan tersebut ada yang baik dan ada buruk. Hati manusia memiliki perasaan dan dapat mengenal atau membedakan perbuatan itu baik atau buruk. Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini disebabkan adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut.
Di kalangan para teolog, persoalan ini memunculkan perdebatan yang sengit diantara aliran-aliran. Pembicaraan mengenai baik dan buruk penting karena dua alasan. Pertama, persoalan ini menjadi pembahasan utama ilmu akhlak sekaligus menjadi inti keberagaman seseorang. Kedua, mengetahui pandangan Islam tentang persoalan ini di tengah maraknya berbagai aliran yang memperbincangkan persoalan ini.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang penyusun kemukakan di atas, maka yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.    Apa pengertian baik dan buruk ?
2.    Bagaimanakah konsep baik dan buruk ?
3.    Apa saja sumber penentu baik dan buruk ?

C.     TUJUAN
Untuk memahami pengertian, konsep, dan sumber penentu baik dan buruk dengan baik dan benar.








BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN BAIK DAN BURUK
Banyak definisi mengenai arti kata baik, diantaranya adalah :
1.    Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan memberikan kepuasan atau sesuatu yang sesuai dengan keinginan.[1]
2.    Sesuatu yang mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia.
3.    Sesuatu yang diinginkan, diusahakan dan menjadi tujuan manusia.
4.     Louis Ma’ruf dalam kitabnya Munjid mengatakan bahwa yang di sebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.
Tingkah laku manusia adalah baik, apabila hal tersebut menuju kesempurnaan manusia. Sedangkan kebaikan disebut nilai (value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang kongkrit.[2] Pengertian baik menurut etika adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Dari beberapa kutipan tersebut, menggambarkan bahwa yang disebut baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia.
Istilah buruk dalam bahasa arab adalah syarr yang diartikan dengan sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, keji / jahat, tidak bermoral dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, merugikan, atau menyebabkan tidak tercapainya tujuan. Jadi yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik.
Dengan demikian, nilai baik atau buruk menurut pengertian tersebut bersifat relatif dan subyektif karena tergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskan.






B.     KONSEP BAIK DAN BURUK
Konsep baik dan buruk merupakan suatu bentuk usaha dalam hal penentuan akhlak seseorang. Atau dengan kata lain sebagai suatu bentuk pembanding akhlak yang tumbuh pada jiwa seseorang. Pada umumnya orang menilai akhlak seseorang dengan acuan baik atau buruknya perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang. Padahal ia belum tahu ukuran baik atau buruk seperti apa yang perlu dinilai. Dalam mendefinisikan baik dan buruk, setiap orang pasti berbeda-beda. Sebab sumber penentu baik dan buruk yaitu :
     I.     Tuhan dan manusia
Fitrah manusia adalah berahlak mulia. Oleh karena itu bersyukur kepada Allah SWT dengan berakhlak baik insyaallah hidup kita selamat dengan dasar iman yang kuat, teguh dan beramal sholih yang tepat. Nilai-nilai kebajikan dan pelanggarannya sangat tergantung pada kebajikan masing-masing. Sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an surat Ar-Ra’d : 29
“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik “.

  II.     Wahyu dan akal
Akal manusia akan kesulitan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan tanpa adanya wahyu. Akal sebagai daya berfikir yang ada dalam diri manusia, berusaha keras untuk sampai kepada pengetahuan tentang Tuhan dan wahyu yang turun kepada manusia dengan keterangan tentang Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan.

III.     Agama dan filsafat
Ketentuan baik dan buruk yang didasarkan pada logika dan filsafat dengan berbagai aliran yang tertampung dalam istilah etika atau adat istiadat tetap dihargai dan diakui keberadaannya. Ketentuan baik buruk yang terdapat dalam etika dan moral dapat digunakan sebagai sarana atau alat untuk menjabarkan ketentuan baik dan buruk yang ada dalam al-Qur’an. Ketentuan tersebut antara lain :
1.      Aliran Tasawuf
Menurut aliran ini, sesuatu itu baik dan buruk bila dilihat dari perasaan bahagia. Bahagia disini bisa dikategorikan sebagai perasaan yang spiritual, maka tidak heran dalam aliran Tasawuf sangat populer istilah zuhud, yaitu suatu sikap yang meninggalkan kesenangan dunia yang bersifat materil.

2.      Aliran Teologi Islam
Dalam teologi islam, banyak beberapa aliran yang berkembang. Diantaranya :
a.       Aliran Jabariyah
Aliran ini disebut jabariyah dikarenakan sifatnya memaksa, sehingga kaum ini berpendapat bahwa manusia sama sekali tidak memiliki kebebasan dan kekuasaan dalam menentukan keinginannya kecuali bila Allah yang menghendakinya. Dengan kata lain manusia hanya dikendalikan oleh Allah dan Allah lah yang telah menciptakan sifat manusia. Dan untuk menilai sesuatu itu baik ataupun buruk, aliran ini mengatakan bahwa hanya agamalah yang bisa menentukan baik dan buruknya.
b.      Aliran Qadariyah
Adalah pertentangan dari aliran jabariyah yang mana menurut aliran ini manusia memiliki kebebasan dan kekuasaan dalam menentukan keinginannya. Meskipun pada dasarnya manusia diberi kebebasan oleh Allah untuk menentukan pilihannya sendiri. Dan aliran ini juga mengatakan bahwa penilaian terhadap baik dan buruknya sesuatu itu bukan hanya ditentukan oleh agama melainkan ditentukan juga oleh manusia sendiri.
c.       Aliran Mu’tazilah
Akal manusia tidak dilarang untuk berfikir sebebas - bebasnya termasuk memikirkan tentang persoalan agama, karena itu dalam menentukan setiap nash (dalil), aliran ini selalu menentukan nash yang akan dijadikan dasar pemikirannya. Dan untuk menentukan baik dan buruknya sesuatu, aliran mu’tazilah selalu berorientasi pada akalnya dan kemudian mencari nash yang mendukungnya, sehingga aliran ini sering juga disebut sebagai aliran rasionalisme.
d.      Aliran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Adanya aliran ini merupakan reaksi dari aliran Mu’tazilah yang menganggap bahwa dalam memecahkan persoalan hanya dengan filosofinya saja dan tidak dibandingkan dengan teologi sebelumnya (sunnah nabi). Maka lain halnya dengan aliran Mu’tazilah, aliran ini banyak menggunakan sunnah nabi dalam menentukan sesuatu itu baik ataupun buruk, dan lebih mendahulukan nash baru kemudian akal yang menjelaskannya. Untuk menentukan sesuatu itu baik dan buruk sudah ditentukan oleh Al-Quran dan Hadist.
Berbagai aliran filsafat yang mempengaruhi pemikiran akhlak dapat dikemukakan secara ringkas sebagai berikut :
1)      Adat Istiadat (Sosialisme)
Baik dan buruk menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang yang menentang tidak mengikuti adat-istiadat dipandang buruk dan mendapat hukuman secara adat.
2)      Aliran Hedonisme
Pandangan aliran Hedonisme antara lain : setiap perbuatan yang dikatakan itu susila apabila perbuatan itu mengandung kelezatan/kenikmatan. Kelezatan dan kenikmatan merupakan suatu tolak ukur dalam menentukan baik buruknya suatu perbuatan.
3)      Aliran Vitalisme
Pandangan tentang ukuran baik dan buruk menurut aliran ini  sebagai berikut :
Ukuran baik dan buruk adalah daya kekuatan hidup. Manusia akan dikatakan baik apabila memiliki daya kekuatan hidup yang kuat sehingga memaksa manusia yang lemah untuk mengikutinya. Keburukan adalah apabila manusia tidak memiliki daya kemampuan kuat yang memaksa manusia untuk mengikuti kehidupan orang lain.
4)      Aliran Utilitarianisme
Pokok pandangannya adalah sebagai berikut :
Baik buruknya suatu perbuatan atas dasar besar kecilnya manfaat yang di timbulkan bagi manusia. Kebaikan yang tertinggi (summun bonum) adalah utility (manfaat). Segala tingkah manusia selalu diarahkan pada pekerjaan yang membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya. Tujuannya adalah kebahagiaan (happiness) orang banyak. Pengorbanan misalnya, dipandang baik jika mendatangkan manfaat, lain dari pada itu hanyalah sia-sia belaka.
5)      Aliran Intuisisme (humanisme)
Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan intuisi, insting batin atau kata hati. Penentuan baik buruk perbuatan menurut aliran intuisisme dianut dan dikembangkan oleh para pemikir akhlaq, diantaranya ialah Murthadha Muthahariri .
6)      Aliran Teologis / Religiosisme
Aliran ini berpendapat bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan adalah ajaran Tuhan, apakah perbuatan tersebut diperintah / dilarang. Segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan adalah baik, sebaliknya perbuatan yang dilarang-Nya adalah buruk.
7)      Aliran Evolusi
Menurut aliran ini, baik dan buruk ditentukan berdasarkan kesenangan dan kebahagiaan. Sedangkan kesenangan dan kebahagiaan ini berkembang berdasarkan evolusi atau perubahan apa adanya kepada kesempurnaan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa yang disebut baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Sedangkan yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, merugikan, menyebabkan tidak tercapainya tujuan atau sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik disebut dengan buruk.
Konsep baik dan buruk merupakan suatu bentuk usaha dalam hal penentuan akhlak seseorang. Atau dengan kata lain sebagai suatu bentuk pembanding akhlak yang tumbuh pada jiwa seseorang. Sumber penentu baik dan buruk yaitu : Tuhan dan manusia, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
Ketentuan baik dan buruk dapat dipahami melalui aliran tasawuf dan aliran teologi islam. Sedangkan aliran filsafat yang mempengaruhi pemikiran akhlak antara lain : adat istiadat (sosialisme), aliran hedonisme, aliran vitalisme, aliran utilitarianisme, aliran intuisisme, aliran teologis / religiosisme dan aliran evolusi.

B.     Saran
Dalam menjalani kehidupan manusia harus berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadist, khususnya dalam menentukan sesuatu itu hal yang baik atau buruk. Hal ini dikarenakan Al-Quran adalah pedoman hidup yang berlaku sepanjang masa dan As-Sunnah sebagai penjelas dan penguat Al Qur’an agar manusia bisa selamat baik dunia ataupun akherat.












DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.H.Abuddin Nata, MA, Akhlak Tasawwuf , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006
Poedjawijatna, Etika Filsafat Tingkah Laku, Bina Aksara, Jakarta, 1982
Achmd Chrris Zubair, Kuliah Etika, Rajawali Pers, Jakarta, 1990






[1] Abuddin Nata,Akhlak Tasawuf...,hlm.104
[2] Achmd Chrris Zubair, Kuliah Etika,(Jakarta: Rajawali Pers, 1990)

No comments:

Post a Comment