Saturday, September 19, 2015

IMPLEMENTASI METODE QIRO’ATI DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN

Makalah BTA/PPI  ke-6

IMPLEMENTASI METODE QIRO’ATI DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN


Makalah ini diajukan guna melengkapi Tugas Terstruktur serta menambah kecakapan Pengetahuan pada mata kuliah “BTA/PPI”
Dosen Pengampu: Khotibul Umam, S.Sos.I,M.Si
Disusun oleh:
1.    HUSRIN (143150133)
2.    IIN ERLINA(143050453)
3.    LINDAWATI (143150142)
4.    LINATUN MASLAHAH (143050464)
5.    SITI FAIDAH (143050481)
Kelas: II C Tarbiyah/Syari’ah

   SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI
( STAIS)
JL. K.H Sufyan Tsauri CibeunyingTlp. (0280) 623562 Majenang 53257
Tahun Akademik 2014/2015



KATA PENGANTAR
Tiada yang lebih patut menjadi tempat memanjatkan puji syukur selain
 Alloh swt.  Karena berkat rahmat dan hidayah –Nya, sehingga makalah yang
berjudul“ IMPLEMENTASI METODE QIRO’ATI DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN” dapat kami  selesaikan dengan lancar. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Baca Tulis Al-Qur’an  (BTA)dan yang dibimbing oleh Khotibul Umam, S.Sos.I,M.Si.  Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memfasilitasi dalam proses penyusunan.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah menjelaskan bagaimana sejarah munculnya metode qiro’ati yang menjadi salah satu metode dalam pembelajaran Al-Qur’an. Serta pengertian dari metode tersebut dan menelaah kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya di jenjang pendidikan Al-qur’an.
Maka dari itu, besar harapan kami dengan tersusunnya makalah ini, para pembaca dapat mempelajari dan menerapkan metode qiro’ati dalam pembelajaran Al-Qur’an.
Namun Tak ada gading yang tak retak, begitupun kami menyadari dalam penulisan dan penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan.  Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari para pembaca, guna menyempurnakan di masa mendatang.

Majenang, 25 Maret 2015


Tim Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan, tanpa adanya pendidikan seorang anak tidak bisa berkembang. Pendidikan adalah bagian dari upaya untuk membantu manusia memperoleh kehidupan yang bermakna hingga diperoleh suatu kebahagian hidup, baik secara individu maupun kelompok (Jalaluddin,2001:79). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki muatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Hal ini berarti bahwa pendidikan merupakan suatu proses atau upaya sadar untuk menjadikan manusia ke arah yang lebih baik. Banyak metode-metode yang diterapkan pada setiap lembaga pendidikan dan mempunyai persamaan dan perbedaan dalam memilih metodenya. Tidak hanya dalam pembelajaran ilmu umum saja yang menggunakan metode tertentu dalam kegiatannya, dalam pembelajaran Al-qur’an pun banyak ditemukan metode-metode yang dapat menunjang para santrinya agar bisa dengan cepat membaca Al-qur’an. Salah satunya adalah metode Qiro’ati. Metode ini mengedepankan tekhik membaca Al-Quran yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid. Namun, banyak juga yang belum paham betul dengan keberadaan metode Qiro’ati. Untuk itu, kami akan sedikit membahas mengenai penerapan metode tersebut dalam pembelajaran Al-Quran.
  1. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat  rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah awal perkembangan Qiro’ati?
2.      Apa yang dimaksud dengan metode Qiro’ati?
3.      Bagaimana langkah-langkah penerapan metode Qiro’ati dan strategi pengajarannya?
4.      Apa saja kelebihan dan kekurangan metode Qiro’ati dalam pembelajaran Al-qur’an?

  1. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
1.      Mendeskripsikan  sejarah tentang Qiro’ati;
2.      Menjelaskan apa yang dimaksud dengan metode Qiro’ati
3.      Menjelaskan mengenai langkah-langkah penerapan metode Qiro’ati dan strategi pengajarannya;
4.      Menelaah kelebihan dan kekurangan dari metode Qiro’ati.

















BAB II
PEMBAHASAN

1.       SEKILAS SEJARAH TENTANG QIRO’ATI[1]
Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar mengajar Al-  Quran di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat muslim yang pada umumnya belum dapat membaca AI Ouran dengan baik dan benar, Almarhun KH. Dachlan Salim Zarkasyi, tergugah untuk melakukan pengamatan dan mengkaji secara seksama lembaga-lembaga di atas dimana ternyata metode yang dipergunakan oleh para guru dan pembimbing Al Quran dinilai lamban, ditambah sebagian guru ngaji (ustadz) yang masih asal-asalan mengajarkan Al Quran sehingga yang diperoleh kurang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Hal itulah yang mendorong Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 memulai menyusun metode baca tulis Al Quran yang sangat praktis. Berkat Inayah Allah beliau telah menyusun 10 jilid yang dikemas sangat sederhana. Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi dalam perjalanan menyusun metode baca tulis Al Quran sering melakukan studi banding keberbagai pesantren dan madrasah Al Quran hingga beliau sampai ke Pesantren Sedayu Gresik Jawa Timur (tepatnya pada bulan Mei 1986) yang pada saat itu dipimpin oleh Almukarram K.H. Muhammad. Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi tertarik untuk melakukan studi banding sekaligus bersilaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik, karena TK Al Quran balitanya (4-6 tahun), yang dirintis oleh K.H. Muhammad sejak tahun 1965 dengan jumlah muridnya 1300 siswa yang datang dari berbagai kepulauan yang ada di Indonesia. Maka dapat disimpulkan TK Al Quran Sedayu adalah TK Al Quran pertama di Indonesia bahkan di dunia.

Sebulan setelah silaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik tepatnya pada tanggal 1 Juli 1986 , KH. Dachlan Salim Zarkasyi mencoba membuka TK Al Quran yang sekaligus mempraktekan dan mengujikan metode yang disusunnya sendiri dengan target rancana 4 tahun seluruh muridnya akan khatam Al Quran. Berkat Inayah Allah SWT., diluar dugaan dalam perjalanan 7 bulan ada beberapa siswa yang telah mampu membaca beberapa ayat Al Quran, serta dalam jangka waktu 2 tahun telah menghatamkan Al Quran dan mampu membaca dengan baik dan benar (bertajwid).

TK Al Quran yang dipimpinnya makin dikenal keberbagai pelosok karena keberhasilan mendidik siswa-siswinya. Dari keberhasilan inilah banyak yang melakukan studi banding dan meminta petunjuk cara mengajarkan metode yang diciptakannya. K.H. Dachlan Salim Zarkasyi secara terus-menerus melakukan evaluasi dan meminta penilaian dah para Kyai Al Quran atas motode yang diciptakannya.

Atas usul dari Ustadz A. Djoned dan Ustadz Syukri Taufiq, metode ini diberi istilah dengan nama "QIRAATI" dibaca "QIROATI" yang artinya BACAANKU  (pada saat itu ada 10 jilid)
K.H. Dachlan Salim Zarkasyi sangat didukung oleh para Kyai umul Quran, walaupun menurut penuturannya beliau ini bukanlah santri namun kehidupannya selalu dekat dengan para Kyai sehingga tampak tawadu', mukhtish dan berwibawa.

Atas restu para Kyai metode Qiroati selanjutnya menyebar luas dan digunakan sebagai materi dasar dalam pengajaran baca tulis Al Quran di masjid, madrasah, TKA, TPA, TPQ, Pesantren dan Sekolah Umum.

Qiroati diminati oteh mayoritas para pendidik Al Ouran dikarenakan memiliki beberapa perbedaan dengan metode lain diantaranya :
  1. Berkesinambungan antara halaman ke halaman berikutnya.
  2. Berkesinambungan antara jilid satu dan seterusnya
  3. Disesuaikan dengan usia para pelajar Al Quran
  4. Kata dan kalimatnya tidak keluar kaidah ayat-ayat Al Quran tidak kedaerahan
  5. Setiap Pokok Bahasan sudah diterapkan ilmu Tajwid
  6. Dilengkapi Petunjuk mengajar setiap Pokok Bahasan
  7. Dilengkapi Buku Gharib, Musykilat dan Tajwid Praktis
  8. Sangat mudah untuk diucapkan

Dari tahun ketahun perkembangan Qiraati makin meluas keseluruh pelosok negeri bahkan di beberapa negara asing tercatat sampai tahun 2000 telah masuk kenegara Australia, Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura.

Dari perkembangan tersebut Almarhum K,H. Dachlan Salim Zarkasyi tidak terlalu gembira bahkan merasa khawatir karyanya ini disalah gunakan yang berbau bisnis belaka, untuk itu pada tahun 1990 beliau mengundang seluruh kepala TKA/TPA dan Lembaga yang mempergunakan Qiroati pada suatu acara Silatnas Nasional untuk mentashhih ulang para kepala TKA/TPA dan pengelola Qiroati sekaligus menunjuk Koordinator tingkat Propinsi dan Kota Besar yang ada di Indonesia, Dari hasil Silatnas Qiroati tersebut ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi, yang merupakan amanat untuk seluruh pengguna Qiroati, diantaranya :
  1. Saya tidak ingin menyebarkan luaskan Qiroati tetapi ingin menyebarkan ilmu Qiroati yang saya ijazahkan."
  2. Qiroati tidak untuk diperjualbelikan secara bebas.
  3. Siapa saja boleh belajar dan mengaiarkan Qiroati dengan syarat mau ditashhih.

2.      PENGERTIAN METODE QIRO’ATI[2]
Metode Qiro’ati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam metode qiro’ati terdapat dua pokok yang mendasari yakni :membaca Al-Qur’an secara langsung dan pembiasaan pembacaan dengan tartil sesuai dengan ilmu tajwid .membaca Al-Qur’an secara langsung maksudnya adalah dalam pembacaan jilid ataupun Al-Qur’an tidak dengan cara mengejah akan tetapi dalam membacanya harus secara langsung. Metode Qiroati merupakan metode yang yang bisa dikatakan metode membaca al-qur'an yang ada di Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali disusun pada tahun 1963, hanya saja pada waktu itu buku metode qiroati belum disusun secara baik. Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa anak disekitar rumahnya, sehingga sosialisasi metode qiroati ini sangat kurang.
Berasal dari metode qiroati inilah kemudian banyak sekali bermunculan metode membaca al-qur'an seperti metode Iqro', metode An- Nadliyah, metode Tilawaty, metode Al-Barqy dan lain sebagainya. Diawal penyusunan metode qiroati ini terdiri dari 6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan (pra-TK), dan dua buku pelengkap dan sebagai kelanjutan dari pelajaran yang sudah diselesaikan, yaitu juz 27 serta ghorib Musykilat (kata-kata sulit).
3.        LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN METODE QIRO’ATI[3]
Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode qiro’ati meliputi:
1.      Praktis Artinya : langsung (tidak dieja)
Contoh : أَ بَ baca, A-BA (bukan Alif fatha A, Ba fatha BA), dan dibaca pendek. Jangan di baca panjang Aa Baa, atau Aa Ba atau, A Baa


2.      Sederhana
Artinya : kalimat yang dipakai menerangkan diusahakan sederhana asal dapat difahami, cukup memperhatikan bentuk hurufnya saja, jangan menggunakan keterangan yang teoritis/devinitif. Cukup katakan : Perhatikan ini ! بَ Bunyinya = BA Cukup katakan : Perhatikan titiknya !. ini BA, ini TA, dan ini TSA. Dalam mengajarkan pelajaran gandeng, jangan mengatakan : “ini huruf didepan, ditengah atau dibelakang”, contohnya seperti : م – مَ / ه – ه Cukup katakan : semua sama bunyinya, bentuknya memang macam-macam
. Yang penting dalam mengajarkan Qiroaty adalah bagaimana anak biasa membaca dengan benar. Bukan masalah otak-atik tulisan, oleh karena itu disini tidak diterangkan tentang huruf yang bisa di gandeng dan yang tidak. Sederhana saja !

3.      Sedikit Demi Sedikit, Tidak Menambah Sebelum Bisa Lancar
Mengajar Qiroati tidak boleh terburu-buru, ajarkan sedikit demi sedikit asal benar, jangan menambah pelajaran baru sebelum bisa dengan lancar, bacaan terputus-putus. Guru yang kelewat toleransi terhadap anak degan mengabaikan disiplin petunjuk ini akibatnya akan berantakan, sebab pelajaran yang tertumpuk dibelakag menjadai beban bagi anak, ia justru bingung dan kehilangan gairah belajar. Jika disuruh mengulang dari awal jelas tidak mungkin, ia akan malu, dan akhirnya ia akan enggan pergi belajar. Guru yang disiplin dalam menaikkan pelajaran hasilnya akan menyenangkan anak itu senduiri, semakin tinggi jilidnya semakin senang, karena ia yakin akan kemampuannya, dan insyaallah akan tambah semangat menuntaskan pelajarannya. Disiplin ini memang mengundang reaksi besar baik dari santri maupun dari wali santri, oleh karenanya guru dituntutdapat berpegang teguh, tidak kehilangan cara dengan mengorbankan disiplin tersebut. Disinilah perlu adanya seni mengajar itu.

4.       Merangsang Murid Untuk Saling Berpacu
Setelah kita semua tau mengajarkan Qiroaty tidak boleh menambah pelajaran baru sebelum bisa membaca dengan benar dan cepat, maka cara yang tepat adalah menciptakan suasana kompetisi dan persaingan sehat dalam kelas, cara ini insya Allah akan memacu semangat dan mencerdaskan anak. KH. Daahlan telah merintis agar terjadi suasana ini dalam sekolah dengan terbaginya buku Qiroaty dalam bentuk berjilid, karena secara otomatis setiap anak naik jilid semangat dan gairah ikut kembali baru pula. Kenaikan kelas sebaikya diadakan beberapa bulan sekali dengan menggunakan standar pencapaian pelajaran Qiroaty, karena dengan demikian anak yang tertinggal dalam kelas akan malu dengan sendirinya.

5.       Tidak Menuntun Untuk Membaca
Seorang guru cukup menerangkan dan membaca berulang-ulang pokok bahasan pada setiap babnya sampai anak mampu membaca sendiri tanpa dituntun latihan di bawahnya. Metode ini bertujuan agar anak faham terhadap pelajrannya, tidak sekedar hafal. Karena itu guru ketika mengetes kemampuan anak boleh dengan cara melompat-lompat, tidak urut mengikuti baris tulisan yang ada. Apabila dengan sangat terpaksa guru harus dengan menuntun, maka dibolehkan dalam batas 1 sampai 2 kata saja. Metode ini pada awal dekade 1980 an, oleh kalangan pendidikan dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).

6.       Waspada Terhadap Bacaan Yang Salah
Anak lupa terhadap pelajaran yang lalu itu soal biasa dan wajar, anak lupa dan guru diam itulah yang tidak wajar. Terlalu sering anak membaca salah saat ada guru dan gurunya diam saja, maka bacaan salah itu akan dirasa benar oleh murid, dan salah merasa benar itulah bibit dari salah kaprah. Maka agar ini tidak terus menerus terjadi dalam bacaan Al-Qur’an, maka harus waspada setiap ada anak baca salah tegur langsung, jangan menunggu sampai bacaan berhenti. Kewaspadaan inilah cara satu-satunya memberatas salah kaprah itu. Keberhasilan guru mengajar tertil dan fashih adalah tergantug pada peka atau tidaknya guru mendengar anak baca salah.

7.       Driil (bisa karena biasa)
Metode drill banyak tersirat pada buku Qiroaty, adapun yang secara khusus menggunakan metode ini adalah pada pelajaran : Ghorib Ilmu Tajwid, dan Hafalan-hafalan Biarpun tanpa ada kewajiban menghafal di rumah, insyaallah dengan metode drill ini semua pelajaran hafalan akan hafal dengan sendirinya. Selain metode diatas agar proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar. Dalam mengajar al-qur’an dikenal beberapa macam strategi.

 Strategi mengajar secara umum (global)
1. Individual atau privat
Santri bergiliran membaca satu persatu, satu atau dua halaman sesuai dengan kemampuannya
2. Klasikal-individual
sebagian waktu digunakan guru untuk menerangkan pokok - pokok pelajaran secara klasikal sekedar 2 atau 3 halaman.
           
 Strategi mengajar secara khusus (detail)
Agar kegiatan belajar mengajar Al-qur’an dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1.      Guru harus menekan kelas, dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua santri sampai semuanya tenang, kemudian mengucapkan salam dan membaca do’a iftitah.
2.       Pelaksanaan pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi (do’a-do’a harian, bacaan sholat, do’a ikhtitam atau hafalan-hafalan lainnya).
3.      Usahakan setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu.
4.      Wawasan dan kecakapan anak harus senantiasa dikembangkan dengan sarana dan prasarana yang ada.
5.      Perhatian guru hendaknya menyeluruh, baik pada anak yang maju membaca maupun yang lainnya
6.      Penghayatan terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting agar anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika ada yang diam terus dan tidak mau membaca maka guru harus tetap membujuknya dengan sedikit pujian.
7.       Motivasi berupa himbauan dan pujian sangat penting bagi anak, terutama anak Pra TK. Anak jangan selalu dimarahi, diancam atau ditakut-takuti. Tapi kadang kala perlu dipuji dengan kata-kata manis, didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi dengan baik.
8.     Guru senantiasa menanti kritik yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ. Jangan cepat merasa puas.
9.      Jaga mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin.
10.   Idealnya untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari :
a. Pra Taman Kanak-kanak : 10 anak
b. Jilid                              : 15 anak
c. Jilid II – Al-Qur’an      : 20 anak Masing-masing dengan seorang guru.

11.  Agar lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alat -alat
12.  peraga dan administrasi belajar mengajar di dalam kelas, antara lain : Buku Data Siswa, Buku Absensi Siswa, Kartu/Catatan Prestasi Siswa (dipegang siswa), Dan lain-lain.


4.      KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI METODE QIRO’ATI[4]
Kelebihan metode qiro’ati

a.   Praktis, mudah dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik.
b.  Peserta didik aktif dalam belajar membaca, guru hanya menjelaskan pokok    pembelajaran dan memberi contoh bacaan.
c.   Efektif sekali baca langsung fasih dan tartil dengan ilmu tajwidnya.
 d.  Peserta didik menguasai ilmu tajwid dengan praktis dan mudah.

 Kekurangan metode qiro’ati

a.  Anak tidak bisa membaca dengan mengeja.
b.  Anak kurang menguasai huruf hijaiyah secara urut dan lengkap.
c.  Bagi anak yang tidak aktif akan semakin tertinggal.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Metode Qiro’ati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid.




















DAFTAR PUSTAKA

Myqiro’ati.blogspot.com
Widiyareski.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x 14.html
Library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?I’d=7326
Eccha%20Poenya%20%20Metode%20Qiro’ati.html
Heni Kurniawati, Efektivitas Metode Yanbu’a dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an di
TPQ Tarminatussibyan Karangrandu Pecangaan Jepara, (Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo, 2007).




[1] Myqiroati.blogspot.com
[2] Eccha20Poenya20%20Metode%20Qiro’ati.html
[3] Widiyareski.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x 14.html

4)Heni Kurniawati, Efektivitas Metode Yanbu’a dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an di
TPQ Tarminatussibyan Karangrandu Pecangaan Jepara, (Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo, 2007).

1 comment: