PRAKTEK PERAWATAN TERHADAP JENAZAH DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA
Dosen
Pembimbing: Khotibul Umam, M.Si
KELOMPOK 10 :
1.
Faisal Zen
2.
Ilham Amanat Syaiful Haq
3.
Rifki Zakiyah
4.
Yunia Kholifah
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI (STAIS)
TELP.
(0280)623562 MAJENANG 53257
TAHUN
AKADEMIK 2014
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji bagi ALLOH yang telah memberi kita akal untuk berfikir sehingga
bisa memikirkan hal hal yang berhubungan dengan kehidupan mahluk ALLOH di
dunia, seperti yang difirmankan oleh ALLOH “fikirkanlah
tentang mahluk ALLOH dan jangan kau fikirkan tentang dzat ALLOH”. Sholawat
serta salamNYA semoga senantiasa tercurah kepada baginda kita nabi agung
muhammad S.A.W. semoga kita mendapatkan syafa’at beliau esok di yaumul qiyyamah
amiiin. Izinkanlah kami menyampaikan sekapur sirih tentang apa yang telah kami
susun dari tugas kukliah BTA/PPI yang berjudul “TATA CARA MENGURUS JENAZAH DAN
CARA MEMPRAKTIKANNYA “ kami berharap dengan disusunnya makalah ini kita bisa
memperkaya pengetahuan tentang TATA CARA MENGURUS JENAZAH DAN CARA
MEMPRAKTIKANNYA dan juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.
Yang pertama kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
rekan rekan yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, dan kedua
kalinya, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari yang dianmakan sempurna
maka dari itu kami memohon maaf atas kesalahan kesalahan seperti kesalahan redaksi
dan sebagainya karena memang pengetahuan kami terbatas dan juga referensi yang
masih sangat kurang, akhir kata semoga makalah yang kami susun dapat berguna
bagi kita semua amiin
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
I.
Latar
belakang............................................................................................1
II.
Perumusan masalah...................................................................................1
III.
Tujuan.........................................................................................................1
II.
PEMBAHASAN
A.
Tata Cara
Mengurus Jenazah.......................................................................4
A.1 Memandikan Jenazah............................................................................5
A.2 Mengkafani Jenazah..............................................................................6
A.3
Menyolatkan Jenazah............................................................................7
A.4
Penguburan Jenazah..............................................................................7
B.
Mempraktikkan Tata Cara Pengurusan
Jenazah..........................................8
B.1 Memandikan
Jenazah............................................................................8
B.2 Mengafani Jenazah..............................................................................10
B.3 Menyolatkan
Jenazah...........................................................................13
B.4 Menguburkan
Jenazah.........................................................................15
III.
PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................16
Daftar
Pustaka............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah saw. Dalam masalah penanganan jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-umat lainnya. Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan yang memperhatikan sang mayat. Termasuk member tuntunan yaitu bagaimana sebaiknya keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat.
Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. Dalam mengurus jenazah ini merupakan potret aturan yang paling sempurna bagi sang mayat. Aturan yang sangat sempurna dalam mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk kemudian bertemu dengan Rabbnya dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya itu, keluarga dan orang-orang yang terdekat sang mayat pun disiapkan sebagai barisan orang-orang yang memuji Allah dan memintakan ampunan serta rahmat-Nya bagi yang meninggal.
Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah saw. Dalam masalah penanganan jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-umat lainnya. Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan yang memperhatikan sang mayat. Termasuk member tuntunan yaitu bagaimana sebaiknya keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat.
Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. Dalam mengurus jenazah ini merupakan potret aturan yang paling sempurna bagi sang mayat. Aturan yang sangat sempurna dalam mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk kemudian bertemu dengan Rabbnya dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya itu, keluarga dan orang-orang yang terdekat sang mayat pun disiapkan sebagai barisan orang-orang yang memuji Allah dan memintakan ampunan serta rahmat-Nya bagi yang meninggal.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Tata Cara Mengurus Jenazah?
2.
Bagaimana Perihal Sholat Jenazah?
3.
Bagaimana Tata cara Penguburan
Jenazah?
4.
Bagaimana Mempraktikkan tata cara
pengurusan Jenazah?
C.
Tujuan Makalah
1.
Untuk mengetahui tuntunan dalam
mengurus jenazah sesuai syariat Islam.
2.
Untuk mengetahui bagaimana tata cara
yang terbaik dalam mengiring jenazah hingga mengantarkannya ke dalam liang
kubur sebagai bentuk penghormatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tata Cara Mengurus Jenazah
Hal-hal yang harus dilakukan setelah seseorang meninggal
Apabila menjumpai seseorang yang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka diharuskan untuk melakukan hal-hal seperti berikut:
Hal-hal yang harus dilakukan setelah seseorang meninggal
Apabila menjumpai seseorang yang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka diharuskan untuk melakukan hal-hal seperti berikut:
a.
Segera memejamkan mata sang mayat
dan mendoakannya
b.
Menutup seluruh badan sang mayat
dengan pakaian selain yang dikenakannya.
c.
Menyegerakan pengurusan jenazah
hingga proses pemakamannya bila telah nyata kematiannya.
1.
Memandikan mayat
Apabila seorang meninggal dunia,
maka wajib bagi sekelompok muslim untuk segera memandikannya. Dalam memandikan
mayat, hendaknya menjaga hal-hal sebagai berikut:
a.
Memandikan tiga kali lebih sesuai
dengan yang dibutuhkan
b.
Hendaklah memandikan dengan hitungan
ganjil (3 kali, 5 kali, 7 kali, dan seterusnya)
c.
Hendaklah air yang digunakan untuk
memandikan dicampurkan dengan sabun atau sejenisnya
d.
Pada akhir memandikannya hendaknya
mencampuri airnya dengan parfum, kapur barus, atau sejenisnya
e.
Menguraikan rambutnya
f.
Memulai memandikannya dari sebelah
kanan, dan anggota badan yang dibasuh ketika berwudhu
g.
Hendaklah yang memandikan mayat
laki-laki adalah orang laki-laki, dan yang yang memandikan mayat perempuan adalah
orang-orang perempuan
h.
Cara memandikannya dengan
menggunakan kain pembersih atau semisalnya. Lalu digosok-gosokkan di bawah kain
penutup, setelah pakaiannya dilepaskan. Dianjurkan untuk memotong kukunya
jenazah, mencukur bulu ketiak dan kemaluan, menyisir rambut jenazah. Lalu menyekanya
dengan handuk.
2.
Mengkafani jenazah
Setelah usai memandikan jenazah, maka
diwajibkan mengkafaninya. Kafan yang digunakan utuk membungkus jenazah
hendaklah mencukupi untuk menutup seluruh tubuhnya. Mengkafani jenazah
dilakukan dengan cara: dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang
berwarna putih bagi jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk jenazah
perempuan. Kain kafan tersebut dibubuhi wewangian kemudian membalut jenazah dengan
kain kafan tersebut.
Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah. Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat kea rah kaki dan arah kepala Jenazah.
Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah. Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat kea rah kaki dan arah kepala Jenazah.
wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu
kain sarung untuk menutupi bagian bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian
kepalanya, baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan kirinya) serta dua helai
kain yang digunakan untuk menutupi sekujur tubuhnya.[1]
3.
Menyolatkan jenazah
Mensholatkan jenazah orang Islam adalah fardhu kifayah. Mensholatkan jenazah dengan cara sebagai berikut:
Mensholatkan jenazah orang Islam adalah fardhu kifayah. Mensholatkan jenazah dengan cara sebagai berikut:
a.
Imam hendaklah berdiri setentang
dengan kepala jenazah, apabila jenazahnya laki-laki, dan berdiri tepat pada
bagian tengah jenazah apabila jenazahnya perempuan
b.
Kemudian imam takbir empat kali.
Setelah takbir pertama, membaca taawudz, kemudian surat al-fatihah Pada takbir
kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang biasa dibaca dalam tashyahud
c.
Kemudian setelah takbir ketiga,
membaca doa. Setelah takbir keempat juga membaca doa lalu mengucapkan sekali
salam kekanan. Pada setiap takbir mengangkat kedua tangan.[2]
4.
Penguburan Jenazah
Menguburkan jenazah dengan cara memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki kuburan, lalu diturunkan kedalam liang kubur secara perlahan, jika tidak memungkinkan boleh menurunkan dari arah kiblat. Dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur, hendaknya membaringkan jenazah dengan posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya menghadap kearah kiblat. Sementara kepala dan kedua kainya bertumpu pada sisi kanan dan menghadap kiblat.
Dimustahabkan (disukai) bagi orang yang mengantar jenazah ke pemakaman untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah dengan kedua tangannya usai penutupan liang lahatnya. Hal-hal yang disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah seperti berikut:
Pertama: meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak diratakan dengan tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan.
Kedua: hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk.
Ketiga: hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar diketahui bagi keluarganya.
Keempat: hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk memohonkan kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam kubur dan ampunan bagi jenazah, seraya menyuruh kepada yang hadir untuk melakukan hal yang sama.
Menguburkan jenazah dengan cara memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki kuburan, lalu diturunkan kedalam liang kubur secara perlahan, jika tidak memungkinkan boleh menurunkan dari arah kiblat. Dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur, hendaknya membaringkan jenazah dengan posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya menghadap kearah kiblat. Sementara kepala dan kedua kainya bertumpu pada sisi kanan dan menghadap kiblat.
Dimustahabkan (disukai) bagi orang yang mengantar jenazah ke pemakaman untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah dengan kedua tangannya usai penutupan liang lahatnya. Hal-hal yang disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah seperti berikut:
Pertama: meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak diratakan dengan tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan.
Kedua: hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk.
Ketiga: hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar diketahui bagi keluarganya.
Keempat: hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk memohonkan kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam kubur dan ampunan bagi jenazah, seraya menyuruh kepada yang hadir untuk melakukan hal yang sama.
B.
Mempraktikkan Tata Cara Pengurusan Jenazah
1. Memandikan jenazah
Hukum
memandikan jenazah adalah fardlu kifayah, artinya kewajiban ini dibebankan
kepada semua mukalaf di tempat itu, tetapi apabila dilakukan oleh sebagian
orang, gugurlah kewajiban seluruh mukalaf.
Berkaitan
dengan memandikan jenazah, berikut dibahas mengenai syarat memandikan jenazah,
orang yang memandikan jenazah, dan tata cara memandikan jenazah.
a.
Syarat memandikan jenazah
Ketika memandikan jenazah, tidak
semua orang boleh hadir. Mereka yang hadir aadalah orang yang diperlukan kehadirannya.
Oleh sebab itu, ada syarat tertentu yang harus diperhatikan, antara lain :
1)
Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur.
2)
Orang yang wajib memandikan jenazah
wajib niat.
3)
Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal
itu dimaksudkan agar orang itu hanya menyiarkan mana-man yang baik dan menutupi
mana-mana yang jelek tentang si mayat.
b.
Orang yang utama memandikan jenazah.
1)
Untuk jenazah laki-laki, orang yang
utama memandikan adalah orang yang diberi wasiat, kemudian bapak, kakek,
keluarga terdekat, mahram dari pihak laki-laki, dan boleh juga istrinya.
2)
Untuk jenazah perempuan, yang memandikan
adalah ibunya, neneknya, atau keluarga terdekat dari pihak wanita serta
suaminya.
3)
Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan
memandikannya. Jika anak perempuan boleh laki-laki memandikannya,
4)
Jika perempuan yang mati dan semuanya yang
hidup laki-laki dan tidak ada suaminya atau sebaliknya, jenazah tersebut tidak
dimandikan, tetapi ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai
lapis tangan. Rosulullah saw bersabda sebagai berikut.
اذا ماتت المراة مع ا لرجال, ليس معهم امراةغيرها,والرجل مع النساء,ليس معهن رجل غيره فانهماييممان ويدفنا ن, وهمابمنز لةمن لم يجدالماء
Artinya :
Jika seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di lingkungan perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan, lalu dimakamkan. Keduanya itu sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air.(HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)
اذا ماتت المراة مع ا لرجال, ليس معهم امراةغيرها,والرجل مع النساء,ليس معهن رجل غيره فانهماييممان ويدفنا ن, وهمابمنز لةمن لم يجدالماء
Artinya :
Jika seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di lingkungan perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan, lalu dimakamkan. Keduanya itu sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air.(HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)
c.
Tata cara memandikan jenazah
1)
Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain
basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan.
2)
Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
3)
Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah
dari segala kotoran.
4)
Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan
seluruh badannya dan tekan perutnya perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil.
5)
Tinggiakan kepala jenazah agar air
tidak mengalir ke arah kepala.
6)
Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan
kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya, dan bersihkan hidungnya. Kemudian,
wudlukan seperti wudlu untuk sholat.
7)
Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan
dahulu. Kemudian ke sebelah kirinya.
8)
Mandikan jenazah dengan air sabun dan air
mandinya yang terakhir dicampur dengan wangi-wangian.
9)
Perlakukan jenazah dengan lembut ketika
membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
10) Memandikan jenazah satu kali jika dapat
membasuh ke seluruh tubuhnya, itulah yang wajib. Sunnah mengulanginya beberapa kali
dalam bilangan ganjil.
11) Jika keluar najis dari jenazah itu setelah
dimandikan dari badannya, wajib dibuang dan dimandikan kembali. Jika keluar
najis setelah di atas kafan, tidak perlu untuk diulang mandinya, tetapi cukup untuk
membuang najisnya saja.
12) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandiakan
dengan kain atau handuk sehingga tidak membasahi kafannya.
13) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah
wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol. Pembaerian wewangian untuk jenazah
sebaiknya menggunakan kapur barus.
2.
Mengafani jenazah
Mengafani
jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat
menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani jenazah muslim dan
bukan mati syahid adalah fardlu kifayah.
Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain:
Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain:
a.
Kain yang digunakan hendaklah bagus,
bersih, dan menutupi seluruh tubuh.
b.
Kain kafan hendaklah berwarnah
putih.
c.
Jumlah kain kafan bagi laki-laki
hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan lima lapis.
d.
Sebelum digunakan untuk membungkus,
kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian.
e.
Tidak berlebihan dalam mengafani
jenazah.
Cara mengafani jenazah laki-laki
Cara mengafani jenazah laki-laki
1)
Bentangkan kain kafan sehelai demi
sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas. Sebaiknya masing-masing helai
diberi kapur barus.
2)
Angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan memanjang lalu ditaburi
dengan wangi-wangian.
3)
Tutuplah lubang-lubang yang mungkin
masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4)
Selimutkan kain kafan sebelah kanan
yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan
selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
5)
Ikatlah dengan tali yang sudah
disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau lima ikatan. Lepaskan ikatan
setelah dibaringkan di liang lahat.
6)
Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh
badan jenazah, tutupkanlah bagian auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh
ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas dan semisalnya. Jika tidak
ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa
saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, boleh dikafankan
dua atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan dalam satu liang
lahat, sebagaimana dilakukan terhadap syuhadak dalam perang uhud
Cara mengafani jenazah perempuan
1)
Kain kafan perempuan terdiri atas
lima lembar kain kafan putih, yaitu:
a.
Lembar pertama yang paling bawah untuk
menutupi seluruh badannya yang lebih lebar.
b.
Lembar kedua untuk kerudung kepala.
c.
Lembar ketiga untuk baju kurung.
d.
Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga
kaki.
e.
Lembar kelima untuk pinggul dan
pahanya.
2)
Runtutan proses mengafani jenazah
perempuan sebagai berikut:
a.
Susunlah kain kafan yang sudah
dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian angkatlah
jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkna diatas kain kafan
sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
b.
Tutup lubang-lubang yang mungkin
masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
c.
Tutupkan kain pembungkus pada kedua
pahanya.
d.
Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di
jahit )
e.
Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja,
tidak di jahit
f.
Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu
julurkan kebelakang.
g.
Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung )
h.
Membungkusnya dengan lembar kain
terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung ke
dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain kafan yang setelahnya
telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima ikatan, dan
ddilepaskan ikatanya setelah diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu, siap
untuk di sholatkan.
3.
Menyalatkan jenazah
Telah
disepakati para ulama bahwa menyalatkan jenazah hukumnya adalah fardlu kifayah.
Seperti yang diriwayatkan oleh Rasulullah.
صلواعلى موتاكم
Artinya: Sholatilah oranng yang meninggal dunia diantaramu. (HR.Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah)
صلواعلى موتاكم
Artinya: Sholatilah oranng yang meninggal dunia diantaramu. (HR.Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah)
Sholat
jenazah mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satu diantaranya tidak
dipenuhi maka ia batal dan tiadak dianggap sah oleh syarak. Diantara rukun
menyalatkan jenazah sebagai berikut:
a.
Berniat menyalatkan jenazah
sebelum menyalatkan jenazah, hendaklah wudlu terlebih
dahulu seperti sholat biasa. Kemudian, berniat hendak menyolatkan jenazah.
Niat menegakkan sholat jenazah karena Allah swt baik jenazah laki-laki, perempuan maupun anak-anak (hadir atau gaib ). Niat dibaca dalam hati.
Niat menegakkan sholat jenazah karena Allah swt baik jenazah laki-laki, perempuan maupun anak-anak (hadir atau gaib ). Niat dibaca dalam hati.
b.
Takbir empat kali.
Takbir pertama untuk melakukan sholat dengan mengangkat tangan dilanjutkan membaca surat al-Fatiha, Mengangkat tangan untuk takbir kedua. Lalu membaca shalawat berikut.
اللهم صل على محمدوععلى ال محمد كماصليت على ابراهيم وعلى ال ابراهيم وبارك على محمدوعلى ال محمد. كماباركت على ابراهيم وعلى ال ابراهيم. فى العالمين انك حميدمجيد.
Artinya:Ya Allah limpahkanlah rahmad kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri rahmad kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, dan limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh ala m ini, engkaulah yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Mengangkat tangan untuk takbir ketiga, lalu mendoakan si jenazah. Dengan do’a seperti berikut.
اللهم اغفرله وارحمه وعافه واعف عنه واكرمنزله ووسع مدخله واغسله بماءوثلج وبردونقه من الخطاياكماينقى الثوب الابيض من الدنس وابدلهداراخيرامن داره واهلاخيرامن اهله وقه فتنة القبروعذاب النار.
Artinya :Ya Allah, ampunilah dia, berilah dia rahmad dan kesejahteraan, maafkanlah dia, hormatilah kedatangannya, luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah dia dengan air dan salju serta smbun. Bersihkanlah dia dari segala dosanya, sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran, gantilah buat dia rumah yang lebih baik dari rumahnya yang dahulu, gantilah buat dia ahli keluarganya yang lebih baik dari pada ahli keluarganya yang dahulu, peliharalah dia dari bencana kubur dan siksa api neraka.
Takbir pertama untuk melakukan sholat dengan mengangkat tangan dilanjutkan membaca surat al-Fatiha, Mengangkat tangan untuk takbir kedua. Lalu membaca shalawat berikut.
اللهم صل على محمدوععلى ال محمد كماصليت على ابراهيم وعلى ال ابراهيم وبارك على محمدوعلى ال محمد. كماباركت على ابراهيم وعلى ال ابراهيم. فى العالمين انك حميدمجيد.
Artinya:Ya Allah limpahkanlah rahmad kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri rahmad kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, dan limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh ala m ini, engkaulah yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Mengangkat tangan untuk takbir ketiga, lalu mendoakan si jenazah. Dengan do’a seperti berikut.
اللهم اغفرله وارحمه وعافه واعف عنه واكرمنزله ووسع مدخله واغسله بماءوثلج وبردونقه من الخطاياكماينقى الثوب الابيض من الدنس وابدلهداراخيرامن داره واهلاخيرامن اهله وقه فتنة القبروعذاب النار.
Artinya :Ya Allah, ampunilah dia, berilah dia rahmad dan kesejahteraan, maafkanlah dia, hormatilah kedatangannya, luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah dia dengan air dan salju serta smbun. Bersihkanlah dia dari segala dosanya, sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran, gantilah buat dia rumah yang lebih baik dari rumahnya yang dahulu, gantilah buat dia ahli keluarganya yang lebih baik dari pada ahli keluarganya yang dahulu, peliharalah dia dari bencana kubur dan siksa api neraka.
Mengangkat
tangan dan takbir keempat, lalu diam sejenak atau membaca doa. Doa merupakan
rukun sholat jenazah yang telh disepakati para fukaha. Disunnahkan doa setelah
takbir keempat, meskipun seseorang telah berdoa setelah takbir . doa untuk
jenazah laki-laki seperti berikut:
اللهم لا تحرمنااجرهولاتفتنابعده واغفرلناوله
اللهم لا تحرمنااجرهولاتفتنابعده واغفرلناوله
Artinya :Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari
mendapat pahalanya, janganlah Engkau jadikan fitnah kami setelah dia tiada,
ampunilah kami dan dia.
Mengucapkan salam
c.
Berdiri bagi yang kuasa
Berdiri merupakan rukun menyalatkan
jenazah menurut jumhur ulama. Oleh sebab itu, tidak sah menyalatkan jenazah
sambil berkendaraan.
4.
Menguburkan jenazah
Setelah
disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh empat
orang jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya lubanng kubur dipersiapkan
terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m agar bau tubuh yang membusuk
tidak tercium ke atas dan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia.
Selanjutnya, secara perlahan jenazah dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan
pada lubang lahat, dengan dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali
pengikat jenazah bagian kepala dan kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung.
Agar posisi
jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan tanah atau
bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu atau bambu
sehingga waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan tanah.[3]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Tata cara
dalam mengurus jenazah perlu diperhatikan seperti apa dan bagaimana prosedur
yang harus dilakukan, mengingat jenazah tersebut akan dikubur dan ruhnya akan
bertemu dengan Rabbnya, maka sebisa mungkin kondisi dari jenazah tersebut harus
dalam keadaan baik.
2.
Hidup dan mati adalah hak Allah swt. Apabila
Allah swt telah menghendaki kematian seseorang, tidak seorang pun dapat
menghindari dan lari dari takdir-Nya.
3.
Manusia adalah ciptaan Allah swt yang sempurna
diantara ciptaan Allah swt yang bagus. Allah swt akan memulihkan manusia yang
beramal saleh dan memberi balasan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang
beramal saleh akan mendapat balasan dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara
itu, yang tidak beramal saleh akan menerima azab-Nya.
4.
Orang yang mati wajib dihormati
karena ia adalah makhluk Allah swt yang mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah
meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur) hendaklah dihormati dengan cara
dimandikan, dikafani, disholatkan, dan dikuburkan.
5.
Hukum mengurus, mengantarkan, dan
mendoakan jenazah adalah sunnah.
6. Pengurusan mayat disunnahkan dilakukan dengan
kelembutan dan kasih sayang karena roh jenazah masih menyaksikan keluarga yang
ditinggalkan.
DAFTAR PUSTAKA
M. Nashiruddin Al-Albani. 1999. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema Insani
Buku P3KMI terbitan IAIN Surakarta 2012
Christriyati Ariani. 2002. Motivasi Peziarah. Yogyakarta: Putra Widya.
Syamsuri. 2007.Pendidikan Agama Islam untuk Kelas XI .Jakarta :Erlangga
M. Nashiruddin Al-Albani. 1999. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema Insani
Buku P3KMI terbitan IAIN Surakarta 2012
Christriyati Ariani. 2002. Motivasi Peziarah. Yogyakarta: Putra Widya.
Syamsuri. 2007.Pendidikan Agama Islam untuk Kelas XI .Jakarta :Erlangga
[1] M.
Nashiruddin Al-Albani. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. (Jakarta: Gema
Insani, 1999), hlm. 23-27
No comments:
Post a Comment