BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Penekanan pada segi estetik suatu
bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang
membedakan puisi dari prosa.Namun perbedaan ini masih
diperdebatkan.Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan
puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia,
yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan
isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Di Indonesia, puisi telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri
dalam bentuk syair Melau dan ditulis dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau
awal abad ke-17 (Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian
Indonesia menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama
itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disamping itu,
puisi baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang
penuh keindahan untuk dikerjakan.
1.2 Tujuan
Penulisan
Tujuan-tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari puisi
2.
Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra puisi
3.
Untuk mengetahui jenis-jenis puisi di Indonesia
1.3 Fokus
Penelitian
Fokus penelitian dalam makalah ini
adalah :
1.
Apakah yang dimaksud dengan puisi?
2.
Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam karya sastra puisi?
3. Apa
sajakah jenis-jenis puisi di Indonesia?
1.4 Sistematika
Penulisan Makalah
ini saya susun dalam tiga bab, yang tiap-tiap babnya terdiri atas :
Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa
figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
Adapun macam-macam majas antara lain :Metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
Struktur
Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari :
Tema (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan.
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar
belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan
tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada
kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja,
tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan
nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
Amanat (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
BAB II PEMBAHASAN
MENGANALISIS KARYA
SASTRA PUISI BAHASA INDONESIA
2.1 Pengertian puisi
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I
create) adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan,
atau selain arti semantiknya.
Baris-baris pada puisi dapat
berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan
salah satu cara penulis untuk menunjukkan
pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang.Bagi pembaca hal tersebut
mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti.Tapi penulis selalu
memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya.Tak ada yang
membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.Ada beberapa
perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
2.3
Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan
atas puisi lama dan puisi baru.
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara
lain :
1.
Jumlah kata dalam 1 baris
2.
Jumlah baris dalam 1 bait
3.
Persajakan (rima)
4.
Banyak suku kata tiap baris
5.
Irama
Ciri-Ciri
puisi lama:
1.
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
2.
Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3.
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku
kata maupun rima.
Jenis-jenis
puisi lama :
Mantra adalah
ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung
besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Pantun adalah
puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai
isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
Karmina adalah pantun k
Gurindam adalah
puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang
(b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
Syair adalah
puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Talibun adalah
pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Kalau anak pergi ke pecan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari isi
Induk semang cari dahulu
Contoh
Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri
Puisi Baru:
Bentuknya rapi, simetris;
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun
ada pola yang lain;
Sebagian besar puisi empat seuntai;
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) :
4-5 suku kata.
Jenis-jenis
Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
Balada adalah puisi berisi kisah atau
cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 bait, masing-masing dengan 8 larik
dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi
a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren
dalam bait-bait berikutnya.
Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko
Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
Ciri-cirinya adalah lagu pujian
untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia
Sastra).Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang.Himne diartikan
sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati
(guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara
sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan
liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang
patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan
kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
Ode adalah
puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Epigram adalah puisi yang berisi
tuntunan/ajaran hidup.Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang
berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk
dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang
di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun
pasti tergilas.
(Iqbal)
Romansa adalah
puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang
berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih
mesra.
Elegi adalah puisi yang berisi
ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka
atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian
seseorang.
Contoh:
Senja
di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada
cerita
ali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau
berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga
kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari
berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak
bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang
ombak.
Tiada lagi.Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap
harap
sekali tiba di ujung dan sekalian
selamat jalan
dari pantai keempat, sedu
penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
Satire adalah puisi yang berisi
sindiran/kritik.Berasal dari bahasa Latin Satura yang
berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu
golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dan lain-lain.
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair
salon,
yang bersajak tentang anggur dan
rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa
pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi
kesenian.
Sedangkan macam-macam puisi baru
dilihat dari bentuknya antara lain:
Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri
atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
Terzina, puisi yang tiap baitnya
terdiri at yang
tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat
seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
Kuint, adalah puisi yang tiap
baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh
:
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu
kegelisahan
Yang
saya serahkan
Hanya
dapat saya kisahkan
Kepada
tuan
Yang
pernah diresah gelisahkan
Satu-satu
kenyataan
Yang
bisa dirasakan
Hanya
dapat saya nyatakan
Kepada
tuan
Yang
enggan menerima kenyataan
(Or.
Mandank)
Septime,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah
Darahku
Duduk di pantai tanah
yang permai
Tempat gelombang pecah
berderai
Berbuih putih di pasir
terderai
Tampaklah pulau di
lautan hijau
Gunung gemunung bagus
rupanya
Ditimpah air mulia
tampaknya
Tumpah darahku Indonesia
namanya
puisi yang tiap baitnya terdiri atas
delapan baris.
Contoh:
Awan
Awan datang melayang
perlahan
Serasa bermimpi, serasa
berangan
Bertambah lama, lupa di
diri
Bertambah halus
akhirnya seri
Dan bentuk menjadi
hilang
Dalam langit biru
gemilang
Demikian jiwaku lenyap
sekarang
Dalam kehidupan teguh
tenang
Soneta,
adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua
bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga
baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara.Jadi soneta adalah
puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan
olehMuhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka
berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta
Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris,
tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya.Yang menjadi
pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan
nyala ( a )
Melihat anak berelagu
dendang ( b )
Seorang saja di tengah
padang ( b )
Tiada berbaju buka
kepala ( a )
Beginilah nasib anak
gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu
nan rindang ( b )
Semenjak pagi
meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di
senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup
sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi
serunai ( a )
Melagukan alam nan
molek permai ( a )
Wahai gembala di segara
hijau ( c )
Mendengarkan puputmu
menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan
dikau ( c )
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai
dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan
zaman.Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir.Puisi
kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri.Puisi
kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun
bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian
kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya
dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di
Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
Puisi
kontemporer dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
Puisi mantra adalah
puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah
orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer.
Ciri-ciri mantra adalah:
1.
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang
disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
2.
Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
3.
Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu
terletak pada perintah.
Puisi mbeling adalah
bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan.Aturan puisi yang dimaksud ialah
ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama
kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk
menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut
diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak
perlu dipilih-pilih lagi.Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Ciri-ciri
puisi mbeling adalah:
1. Mengutamakan
unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur
puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek
kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Contoh:
Sajak
Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok
giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia
bermimpi
Ada sikat gigi
menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi
hari
Sikat giginya tinggal
sepotong
Sepotong yang hilang
itu agaknya
Tersesat di dalam
mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat
bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
2. Menyampaikan kritik sosial
terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
3. Menyampaikan
ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh
terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismailmenyebut puisi mbeling
dengan puisi yang mengkritik puisi.
Puisi konkret adalah
puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga
menyerupai gambar tertentu.Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan
bahasa sebagai media.Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai
ungkapan ekspresi penyairnya.
Penyusunan
puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan
beberapa unsur sebagai berikut:
- Unsur bunyi; meliputi
penempatan persamaan bunyi (rima) pada
tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi
atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi;
meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun
sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi
pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
Kelakar (parodi);
meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang
pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Penekanan pada segi estetik suatu
bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang
membedakan puisi dari prosa.Namun perbedaan ini masih
diperdebatkan.Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan
puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia,
yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan
isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Di Indonesia, puisi telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri
dalam bentuk syair Melau dan ditulis dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau
awal abad ke-17 (Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian
Indonesia menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama
itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disamping itu,
puisi baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang
penuh keindahan untuk dikerjakan.
1.2 Tujuan
Penulisan
Tujuan-tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari puisi
2.
Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra puisi
3.
Untuk mengetahui jenis-jenis puisi di Indonesia
1.3 Fokus
Penelitian
Fokus penelitian dalam makalah ini
adalah :
1.
Apakah yang dimaksud dengan puisi?
2.
Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam karya sastra puisi?
3. Apa
sajakah jenis-jenis puisi di Indonesia?
1.4 Sistematika
Penulisan Makalah
ini saya susun dalam tiga bab, yang tiap-tiap babnya terdiri atas :
Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa
figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
Adapun macam-macam majas antara lain :Metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
Struktur
Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari :
Tema (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan.
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar
belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan
tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada
kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja,
tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan
nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
Amanat (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
BAB II PEMBAHASAN
MENGANALISIS KARYA
SASTRA PUISI BAHASA INDONESIA
2.1 Pengertian puisi
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I
create) adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan,
atau selain arti semantiknya.
Baris-baris pada puisi dapat
berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan
salah satu cara penulis untuk menunjukkan
pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang.Bagi pembaca hal tersebut
mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti.Tapi penulis selalu
memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya.Tak ada yang
membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.Ada beberapa
perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
2.3
Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan
atas puisi lama dan puisi baru.
Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara
lain :
1.
Jumlah kata dalam 1 baris
2.
Jumlah baris dalam 1 bait
3.
Persajakan (rima)
4.
Banyak suku kata tiap baris
5.
Irama
Ciri-Ciri
puisi lama:
1.
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
2.
Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3.
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku
kata maupun rima.
Jenis-jenis
puisi lama :
Mantra adalah
ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung
besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Pantun adalah
puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai
isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
Karmina adalah pantun k
Gurindam adalah
puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang
(b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
Syair adalah
puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Talibun adalah
pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Kalau anak pergi ke pecan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari isi
Induk semang cari dahulu
Contoh
Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri
Puisi Baru:
Bentuknya rapi, simetris;
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun
ada pola yang lain;
Sebagian besar puisi empat seuntai;
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) :
4-5 suku kata.
Jenis-jenis
Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
Balada adalah puisi berisi kisah atau
cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 bait, masing-masing dengan 8 larik
dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi
a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren
dalam bait-bait berikutnya.
Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko
Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
Ciri-cirinya adalah lagu pujian
untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia
Sastra).Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang.Himne diartikan
sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati
(guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara
sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan
liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang
patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan
kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
Ode adalah
puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Epigram adalah puisi yang berisi
tuntunan/ajaran hidup.Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang
berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk
dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang
di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun
pasti tergilas.
(Iqbal)
Romansa adalah
puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang
berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih
mesra.
Elegi adalah puisi yang berisi
ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka
atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian
seseorang.
Contoh:
Senja
di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada
cerita
ali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau
berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga
kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari
berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak
bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang
ombak.
Tiada lagi.Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap
harap
sekali tiba di ujung dan sekalian
selamat jalan
dari pantai keempat, sedu
penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
Satire adalah puisi yang berisi
sindiran/kritik.Berasal dari bahasa Latin Satura yang
berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu
golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dan lain-lain.
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair
salon,
yang bersajak tentang anggur dan
rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa
pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi
kesenian.
Sedangkan macam-macam puisi baru
dilihat dari bentuknya antara lain:
Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri
atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
Terzina, puisi yang tiap baitnya
terdiri at yang
tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat
seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
Kuint, adalah puisi yang tiap
baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh
:
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu
kegelisahan
Yang
saya serahkan
Hanya
dapat saya kisahkan
Kepada
tuan
Yang
pernah diresah gelisahkan
Satu-satu
kenyataan
Yang
bisa dirasakan
Hanya
dapat saya nyatakan
Kepada
tuan
Yang
enggan menerima kenyataan
(Or.
Mandank)
Septime,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah
Darahku
Duduk di pantai tanah
yang permai
Tempat gelombang pecah
berderai
Berbuih putih di pasir
terderai
Tampaklah pulau di
lautan hijau
Gunung gemunung bagus
rupanya
Ditimpah air mulia
tampaknya
Tumpah darahku Indonesia
namanya
puisi yang tiap baitnya terdiri atas
delapan baris.
Contoh:
Awan
Awan datang melayang
perlahan
Serasa bermimpi, serasa
berangan
Bertambah lama, lupa di
diri
Bertambah halus
akhirnya seri
Dan bentuk menjadi
hilang
Dalam langit biru
gemilang
Demikian jiwaku lenyap
sekarang
Dalam kehidupan teguh
tenang
Soneta,
adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua
bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga
baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara.Jadi soneta adalah
puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan
olehMuhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka
berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta
Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris,
tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya.Yang menjadi
pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan
nyala ( a )
Melihat anak berelagu
dendang ( b )
Seorang saja di tengah
padang ( b )
Tiada berbaju buka
kepala ( a )
Beginilah nasib anak
gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu
nan rindang ( b )
Semenjak pagi
meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di
senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup
sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi
serunai ( a )
Melagukan alam nan
molek permai ( a )
Wahai gembala di segara
hijau ( c )
Mendengarkan puputmu
menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan
dikau ( c )
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai
dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan
zaman.Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir.Puisi
kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri.Puisi
kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun
bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian
kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya
dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di
Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
Puisi
kontemporer dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
Puisi mantra adalah
puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah
orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer.
Ciri-ciri mantra adalah:
1.
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang
disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
2.
Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
3.
Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu
terletak pada perintah.
Puisi mbeling adalah
bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan.Aturan puisi yang dimaksud ialah
ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama
kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk
menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut
diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak
perlu dipilih-pilih lagi.Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Ciri-ciri
puisi mbeling adalah:
1. Mengutamakan
unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur
puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek
kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Contoh:
Sajak
Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok
giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia
bermimpi
Ada sikat gigi
menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi
hari
Sikat giginya tinggal
sepotong
Sepotong yang hilang
itu agaknya
Tersesat di dalam
mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat
bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
2. Menyampaikan kritik sosial
terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
3. Menyampaikan
ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh
terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismailmenyebut puisi mbeling
dengan puisi yang mengkritik puisi.
Puisi konkret adalah
puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga
menyerupai gambar tertentu.Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan
bahasa sebagai media.Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai
ungkapan ekspresi penyairnya.
Penyusunan
puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan
beberapa unsur sebagai berikut:
- Unsur bunyi; meliputi
penempatan persamaan bunyi (rima) pada
tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi
atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi;
meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun
sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi
pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
Kelakar (parodi);
meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang
pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I
create) adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan,
atau selain arti semantiknya.
Syair adalah puisi yang bersumber
dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Pantun adalah puisi yang bercirikan
bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2
baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi.Pembagian pantun
menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki,
jenaka.
Pada dasarnya Puisi, Syair dan Pantun saling berkaitan satu sama lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I
create) adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan,
atau selain arti semantiknya.
Syair adalah puisi yang bersumber
dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Pantun adalah puisi yang bercirikan
bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2
baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi.Pembagian pantun
menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki,
jenaka.
Pada dasarnya Puisi, Syair dan Pantun saling berkaitan satu sama lain.
No comments:
Post a Comment