Diajukan untuk bahan acuan
pengetahuan tentang pancasila
Sekaligus menjadi persyaratan mata
kuliah filsafat pancasila
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 04:
FAISAL ZEN
NUR HAYATI
ROHIYATUL MA’FIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI(STAIS)
MAJENANG Jl. KH. SUFYAN TSAURI CIGARU MAJENANG
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
“Dan apakah orang-orang
kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu,kemudian Kami pisahkan antara keduanya…..” (Al Anbiya’ 30).
Bumi yang saat ini kita tempati dengan segala isinya
yang senantiasa kita nikmati, tentunya tidak terjadi begitu saja, tidak ada
dengan sendirinya tanpa ada hal besar yang melatarbelakangi keberadaannya.
Pasalnya, jika kita menilik pada ayat Al-Qur’an di atas, jelas Allah mengatakan
bahwa pada mulanya bumi dan langit adalah satu kesatuan yang tidak terpisah
seperti saat ini. Tetapi kemudian Allah menjadikannya dua bagian yang terpisah seperti halnya
yang kita lihat saat ini.
Inilah yang kemudian menjadi dasar ketertarikan para ilmuwan dan peneliti
untuk menelusuri lebih mendalam tentang proses peralihan bumi yang mulanya,
menyatu dengan langit, kemudian terpisah. Berbagai teori kemudian muncul
sebagai akibat dari adanya penelitian ilmiah terkait hal itu. Ada George
Lemaitre sebagai motor dari teori letusan hebat (Big Bang), juga ada Astronomi Inggris Fred Hoyle yang memotori teori keadaan tetap. Yang
kesemuanya memiliki perbedaan yang sangat prinsip sehingga berimplikasi pada
saling menjatuhkan antar satu dengan lainnya.
Sebagai mahasiswa, rasa ingin tahu lebih dalam menterkait hal ini tentulah
menjadi sesutu yang sangat prioritas. Pasalnya, mahasiswa sebagai insan
berpendidikan, akademisi yang terdidik dan figure yang telah memiliki tempat
tersendiri di kalangan masyarakat dituntut untuk bisa memenuhi permintaan
masyarakat yang cenderung bertanya-tanya perihal kejadian alam semesta yang
sarat akan misteri. Sangat menggelitik rasanya, jika kita sebagai bagian
dari civitas akademika yang dikenal
sebagai insan mahir dalam dunia keilmuan dan pengetahuan kemudian tidak cakap
dan tanggap dalam rangka menjawab kebutuhan yang ada di masyarakat
Terlepas dari itu semua. Pengetahuan yang lebih
mendalam tentang alam semesta akan berimpikasi pada meningkatnya intensitas
keimanan sebagai akibat dari munculnya rasa syukur yang mendalam dan rasa takjub
akan kebesaran Allah yang telah menciptakan alam semesta yang begitu komplek
proses terjadinya. Sangat mustahil, jika alam semesta yang demikian luas dan megahnya ini
tidak ada yang mengaturnya. Bergantinya bulan dan matahari, siang dan malam,
musim hujan dan musim panas, tentulah ada kekuatan dahsyat yang memotori semua
itu, dan itu tidak lain adalah Dia Yang Maha Esa, Maha Perkasa lagi Maha
Sempurna, Maka benarlah apa yang Allah firmankan dalam kitab-Nya.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan berbaring. Dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, Ya Tuhan kami. tidaklah Engkau menciptakan
semua ini sia-sia. Maha suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”
Nah, atas dasar itulah, maka perkenankan kami untuk mengupas lebih mendalam
terkait alam semesta dan tata surya yang kami rangkum dalam makalah ini. Kiranya ini sebagai muqaddimah
dari apa yang menjadi esensi fundamental dalam makalah ini. Biarkan mata itu menyusuri setiap
lorong-lorong yang dianyam dari huruf-huruf hebat sarat pengetahuan dan
pelajaran, dan semogalah hati berkenan untuk juga membuka mata. Amien.!
II.
TUJUAN PEMBAHASAN
a. Menambah wawasan
keilmuan terkait alam semesta dan tata surya
b. Sebagai sarana tafakkur ayatilllahi (memikirkan kekuasaan Allah)
c. Mengetahui pengertian
Alam Semesta dan Tata Surya
d. Mengetahui teori-teori
asal mula Alam semesta dan Tata surya
e. Mengetahui bagaiman Al-Qur’an dan Al-Hadist
menjelaskan proses terjadinya alam
f. Mengetahui bagian-bagian dari alam semesta dan
tata surya
g. Mengetahui teori revolusi Darwin sekaligus
hal-hal yang menjadi kelemahannya
III.
SISTEMATIKA PENGUMPULAN DATA
Dalam menyusun makalah ini, penyusun melakukan
pencarian data dan mempelajari wacana-wacana yang berkaitan dengan batasan tema
yang telah diberikan melalui media internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ISTILAH “PENCIPTAAN”
Pertama, khalaqa
pada surat al-A’raf:54, Yunus:3, Hud:7, al-Furqan:59, as-Sajdah:4, Fushilat:9,
al-Hadid:4. Menurut ar-Raghib al-Ashfahani, “Kata al-khalq dapat digunakan
dalam makna al-ibda’, yaitu menciptakan sesuatu tanpa asal dan meniru (tidak
ada contoh sebelumnya). Namun dapat pula digunakan dalam makna al-iejad, yaitu
menciptakan sesuatu dari sesuatu (menciptakan dari bahan yang telah ada
sebelumnya). Menurut ar-Raghib, kata khalqus samawat wal ardhi maknanya
al-ibda’ dengan dilalah firman Allah: badi’us samawat wal ardh” (Qs.
Al-Baqarah:117) Al-Mufradat fi Gharibil Quran, I:157.
Kedua, ja’ala
dalam surat Fushilat:10, yang bermakna ”menyusun, mengolah bahan yang telah ada
sebelumnya menjadi ciptaan baru”.
Istilah ketiga ialah qadla
dalam kata faqadlahunna (surat Fushilat:12). Istilah ini bermakna
”menetapkan”. Penggunaan istilah qadla (”menetapkan”) dalam ayat itu
terkait dengan penciptaan langit: ”Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam
dua masa…”
Jika ditilik dari urutan pembahasan
ayat-ayat tersebut, maka ”penetapan” tujuh langit berada pada bagian paling
akhir rangkaian penciptaan. Namun, mengingat alam semesta senantiasa berproses,
maka ”menetapkan” di sini tidak bisa disamakan dengan ”menyelesaikan”. Yang
”selesai” bukanlah fisik langit atau alam semesta, melainkan hukum-hukumnya.
Dengan hukum-hukum itulah, alam semesta terus menerus berproses.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa penciptaan alam semesta terjadi melalui sejumlah tahapan yang
kontinyu: dimulai dengan penciptaan dari ketiadaan, penciptaan baru dari
ciptaan-ciptaan sebelumnya, hingga penetapan hukum-hukum alam.
B. PENGERTIAN PLANET
Planet yang berasal dari bahasa
yunani kuno “aster planetes”
Berarti bintang
pengelana adalah benda astronomi yang mengorbit sebuah bintang atau sisa
bintang yang memiliki gravitasi tersendiri, tidak terlalu besar untuk
menciptakan fusi termonuklir dan telah membersihkan daerah sekitar orbitnya
yang dipenuhi planetesimal.
Orang kuno mempercayai
bahwa planet adalah sesuatu yang abadi, atau perwakilan dewa. Tapi setelah
perkembangan zaman, pada tahun 2006 persatuan astronomi internasional(IAU)
mendefinisikan planet. Definisi ini
dipuji namun juga dikritik dan masih diperdebatkan oleh sejumlah ilmuwan karena
tidak mencakup benda-benda bermassa planet yang ditentukan oleh tempat atau
benda orbitnya. Meski delapan benda planet yang ditemukan sebelum 1950 masih
dianggap "planet" sesuai definisi modern, sejumlah benda angkasa
seperti ceres, palas, juno, vesta(masing-masing objek di sabuk asteroid
Matahari), dan Pluto (objek trans-Neptunus yang pertama ditemukan) yang dulunya
dianggap planet oleh komunitas ilmuwan sudah tidak dipermasalahkan lagi.
C. PROSES PEMBENTUKAN PLANET
Planet terbentuk di dalam piringan debu dan gas yang
mengelilingi bintang-bintang muda. Memandang tempat kelahirannya berarti
melakukan perjalanan ke masa lalu Bumi beserta saudara-saudaranya. Sekarang,
para astronom telah dapat memperoleh gambaran rinci piringan protoplanet dua
bintang dengan menggunakan teleskop Subaru di Hawaii. Ini merupakan yang pertama kalinya bahwa struktur
piringan yang sebanding dengan ukuran tata surya kita telah mengungkap hal ini
dengan jelas, menunjukkan fitur-fitur seperti cincin dan celah yang berkaitan
dengan pembentukan planet raksasa.
Observasi ini merupakan bagian dari survei sistematis untuk
mencari planet-planet dan piringan di sekitar bintang muda dengan menggunakan
kamera canggih yang dirancang khusus untuk tujuan ini.
Sistem planet, seperti halnya sistem planet kita, berbagi
asal-usul sebagai produk sampingan dari pembentukan bintang. Gravitasi bintang
yang baru lahir mengumpulkan sisa gas dan debu di dalam sebuah piringan materi
padat yang mengorbiti bintang. Penggumpalan dalam piringan ini mengumpulkan
lebih banyak dan lebih banyak lagi materi, sampai gravitasi mereka sendiri
menjadi cukup kuat untuk mengkompres mereka ke dalam tubuh padat yang kita
kenal sebagai planet. Pada tahun-tahun terakhir ini telah terlihat kemajuan
substansial baik dalam pengamatan (kebanyakan tidak langsung) maupun dalam
pemodelan teoritis seperti piringan “protoplanet”. Dua observasi terbaru telah
menambahkan rincian baru yang menarik, mengungkapkan beberapa struktur yang
belum pernah terlihat secara langsung.
D. TEORI KEADAAN TETAP
Dalam teori keadaaan tetap, kita harus menerima bahwa
zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi,
sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat mengatakan bahwa zat baru itu
ialah hydrogen, yaitu sumber yang menjadi asal usul bintang dan galaksi.
Penciptaan zat berkesinambungan dari ruang angkasa yang tampaknya kosong
itu diterima secara skeptis oleh para ahli, sebab hal ini rupanya melanggar
salah satu hukum.
E. TEORI BIG BANG
Dahulu Seluruh materi dan energi pernah bersatu menjadi sebuah bola
besar,dimana gaya gravitasi masih
labil dan terdapat banyak gayak olek
(gaya dorong dari sumber tak dikenal). Suatu ketika terjadi reaksi inti
pada bola besar tersebut dengan gaya gravitasi yang labil dan gaya olek,
sehingga terjadilah ledakan besar(big bang). Bola besar itu meledak menjadi
beberapa partikel yang memiliki berat jenis yang lebih kecil dan terus bergerak
menjauhi ledakan. Partikel partikel ini kemudian mengembang dengan cepat serta
berproses menjadi matahari, planet, galaksi, dll.
Nah, oleh sebab kejadian kronologis tersebut, kemudian teori Big Bang
semakin menguatkan pendapat bahwa alam semesta ini berawal dari ketiadaan
menjadi ada.
Secara
umum, planet terbagi menjadi dua jenis utama: raksasa gas besar berkepadatan
rendah dan raksasa darat kecil berbatu.
Sesuai definisi IAU, ada delapan planet di Tata Surya. Menurut jaraknya dari
Matahari (dekat ke jauh), ada empat planet kebumian, Merkurius, Venus, Bumi, dan
Mars, kemudian empat raksasa gas, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Enam
planet di antaranya dikelilingi oleh satu satelit alam atau lebih. Selain itu,
IAU mengakui lima planeT kerdil dan ratusan ribu benda kecil Tata Surya. Mereka
juga masih mempertimbangkan benda-benda lain untuk digolongkan sebagai planet.
F.
HIPOTESIS
NEBULA
Dalam
kosmogoni, hipotesis nebula adalah model yang paling banyak diterima
yang menjelaskan pembentukan dan evolusi Tata Surya. Ada bukti yang menunjukkan
bahwa hipotesis ini pertama kali diusulkan pada 1734 oleh Emanuel
Swedenborg Awalnya hipotesis ini
diterapkan hanya untuk Tata Surya saja, namun sekarang hipotesis ini dianggap
berlaku juga untuk pembentukan seluruh alam semesta[1]Variasi
modern yang diterima secara luas dari hipotesis nebula adalah Model cakram
nebula surya (Solar Nebular Disk Model) (SNDM).[2]
Menurut
hipotesis nebula, bintang terbentuk di awan yang besar dan padat dari awan
molekul raksasa-molekul hidrogen Gravitasi awan tersebut tidak stabil, dan
materi bergabung menjadi gumpalan-gumpalan kecil yang lebih padat yang akhirnya
runtuh dan membentuk bintang. Pembentukan bintang adalah proses yang kompleks,
yang selalu menghasilkan gas cakram protoplanet di sekitar bintang muda.
Kejadian ini dapat melahirkan planet dalam keadaan tertentu, yang sampai
sekarang belum diketahui prosesnya dengan baik. Dengan demikian pembentukan
sistem planet dianggap sebagai hasil alami dari pembentukan bintang. Bintang
yang menyerupai matahari biasanya memakan waktu sekitar 100 juta tahun untuk
terbentuk.
Cakram
protoplanet merupakan piringan akresi yang melanjutkan untuk memberi makan
bintang pusat. Cakram ini awalnya sangat panas, yang kemudian mendingin yang
dikenal sebagai tahap bintang T Tauridi sini dimungkinkan terbentuknya
butiran-butiran debu yang terbuat dari batu dan es. Butir-butiran ini akhirnya
mengental menjadi planetisimalberukuran kilometer. Jika cakram berukuran cukup
besar proses pertumbuhan bisa dimulai dengan sangat cepat, dalam waktu 100.000
sampai 300.000 tahun dapat membentuk embrio planet dengan ukuran sebesar jarak
Bulan ke Mars. Di dekat bintang, embrio
planet melewati tahap penggabungan, menghasilkan beberapa planet kebumian. Tahap terakhir memakan waktu sekitar 100 juta
sampai satu miliar tahun.
Pembentukan
planet raksasa merupakan proses yang lebih rumit. Proses ini diduga terjadi di
luar garis bekudi mana embrio planetumumnya terbuat dari beragam es. Akibatnya
mereka beberapa kali lebih besar dibandingkan yang terbentuk di bagian dalam
piringan protoplanet. Apa yang terjadi setelah pembentukan embrio planet belum
sepenuhnya diketahui. Namun, beberapa embrio terus tumbuh dan akhirnya mencapai
5-10 kali massa Bumi. Akumulasi gas oleh inti diawali dengan proses yang
lambat, yang terus menerus selama beberapa juta tahun, namun setelah membentuk
protoplanet yang mencapai sekitar 30 kali massa Bumi akumulasi ini menjadi luar
biasa cepat. Planet yang menyerupai Yupiterdan Saturnus diperkirakan menumpuk
sebagian besar massa mereka hanya selama 10.000 tahun. Akresi berhenti saat gas
habis. Planet yang baru terbentuk dapat berpindah menempuh jarak jauh selama
atau setelah proses pembentukan mereka. Raksasa gas seperti Uranus dan Neptunus
dianggap sebagai kegagalan inti, yang terlambat terbentuk ketika cakram hampir
hilang.
BAB III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Sampai sekarang belum ada teori yang benar-benar tepat untuk mengambarkan
masa depan alam semesta. Pertanyaan kita sekarang tentang suatu hal pada
akhirnya akan terjawab , namun setelah itu akan muncul beberapa pertanyaan
baru. Demikianlah yang akan terjadi jika kita bertanya tentang alam semesta,
kita tidak akan pernah puas karena sifat curiosity kita. Seringkali kita
mendapati suatu pertanyaan yang sangat mendasar, yang mendapat jawaban membuat
hati kita kagum, heran, takzim dan sampai pada tingkat suatu perenungan bahwa
betapa luar biasa kuasa Allah SWT.
Namun demikian, sebagai sebuah akhir dan penutup dari makalah ini, sedikit
ada beberapa poin penting yang bisa kami jadikan simpulan. Diantaranya :
a) Alam semesta mencakup mikrokosmos, atau
benda-benda yang kecil seperti, atom, electron, partikel dan sebagainya, serta
juga mencakup makro kosmos, atau benda besar seperti, bintang, bulan, matahari
dan sebagainya.
b) Tata surya terdiri dari mataharti.
Planet-planet, dan berbagai benda langit seperti galaksi, komet dan asteroid.
c) Ada 2
teori yang menjelaskan asal mula terbentuknya alam semesta. Yaitu, teori kedaan
tetap dan teori big bang,
d) Sedangkan teori terbentuknya tata surya ada
lima.yaitu, teori nabula, planetesimal, teori pasang surut, teori awan debu dan
bintang kembar
e) Al-Qur’an
dan Al-Hadist sebagai sumber hukum dan keberagaman seorang muslim yang
di dalamnya berisi tentang semua ilmu pengetahuan, juga menjelasklan tentang
proses terjadinya Alam semesta
f) Ada tujuh bagian dari alam semesta dan tata
surya, Galaksi, matahari, bumi, planetoda dan asteroid, komet, satelit, meteor
g) Ada beberapa hal yang kemudian menjadikan teori Darwin sebagai sebuah
kebohongan yang bersembunyi di balik tirai keilmiahan.
II.
KRITIK DAN SARAN
Tidak dipungkiri, bahwa sebagai manusia biasa tentunya
konsekwensi salah dan khilaf itu juga berlaku pada pribadi kami masing-masing. Juga sangat mustahil, jika kami masih dijadikan
Allah sebagai manusia dengan status “biasa” yang penuh kelemahan dan keterbatasan,
mampu mencapai tatanan keidealan dan kesempurnaan karya. Tentulah ada di
sana-sini bercak yang sedikit banyak telah mencemari dan mengurangi intensitas
kesempurnaan dan keidealannya sehingga tampaklah ketidaksempurnaan atau
kecacatannya.
Berangkat dari itu semua, di akhir pembahasan
makalah ini dan sebelum kami tutup, ada
baiknya dan mungkin itu memang sangat baik dan dibutuhkan, kami membuka kritik,
saran, cercaan, hinaan, dan sejenisnya yang tentunya tetap memprioritaskan asas
“kontruktif” atau membangun sebagai orientasi fundamental dari lahirnya
kritikan dan sebagainya itu.
Tak pelak, apa yang ada di tangan Anda ini adalah bahasan yang masih rancau
kronologinya. Ya, secara teoritis, semua yang terangkul dalam tulisan ini
adalah bersumber dari para tokoh hebat penggagas ide-ide besar. Tetapi kami
selaku penyusunnya adalah pribadi-pribadi kerdil yang tidak begitu solid
pemahamannya. Sehingga memungkinkan dalam penyusunnya masih ada tumpang tindih
(over lapping), ketidakcocokan, minim keruntutan, dan sebegainya.
Meski demikian, kami berbesar harapan semoga kesalahan-kesalah itu tidak
sampai merusak esensi dasar dan nilai-nilai fundamentalnya. Dan kami sangat
bersyukur jika nantinya ada masukan-masukan dari pembaca yang bisa mengurangi
kesalahan-kesalahan itu.
Demikian kiranya akhir dari makalah ini. Salam sejahtera untuk Anda, para
pembaca yang dirahmati. Semogalah manfaat dari apa yang tertulis di atas
lembaran ini berkenan menyelusup ke dalam relung hati dan menjadi salah satu
modal untuk meniti langkah sukses nantinya. Amien!
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
An-Nihayah fi Gharib Al-Hadits wa Al-Atsar, Juz II, hlm. 34-35
Sumber Buku;
Purnama, Heri, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Ismail al-Jawisy, Muhammad, Maha Besar Allah Atas Semua Ciptaan-Nya,
Jogjakarta: Garailmu, 2009.
Jasin, Maskoeri, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Tjasyono HK, Bayong, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung: Rosda,
2009.
Endarto, Danang, PengantarKosmografi, cet. I, Surakarta: LPP UNS dan
UNS Press, 2005.
Maskufa, Ilmu Falaq, cet. I, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.
Fredette Claude Lefleur, Nathalie, penerjemah; Hendro Setyanto,
Understanding The Universe, Jackues Fortin, 2006.
Sumber internet;
http://wikipedia.com
http://google.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis_nebula#cite_note-Montmerle2006-5
http://id.wikipedia.org/wiki/Bintang_T_Tauri
http://id.wikipedia.org/wiki/Piringan_akresi
[1]Kosmogoni
adalah cabang astrofisika yang mempelajari asal dan struktur alam semesta
secara luas (berlawanan dengan penelitian asal benda langit secara khusus).
Dengan demikian, kosmogoni adalah catatan bagaimana alam semesta
terbentuk; dan oleh karena itu, cerita penciptaan dalam Kitab Kejadian adalah
suatu kosmogoni, dan ada banyak yang lain, baik ilmiah maupun mitologis.
[2]Kosmogoni
adalah cabang astrofisika yang
mempelajari asal dan struktur alam semesta secara luas (berlawanan dengan
penelitian asal benda langit secara khusus). Dengan demikian, kosmogoni
adalah catatan bagaimana alam semesta terbentuk; dan oleh karena itu, cerita
penciptaan dalam Kitab Kejadian adalah suatu kosmogoni, dan ada banyak yang
lain, baik ilmiah maupun mitologis.
No comments:
Post a Comment