Sunday, January 18, 2015

MAKALAH ILMU ALAMIYAH DASAR TERBENTUKNYA PLANET

Makalah IAD dan ILH
TERBENTUKNYA PLANET











Diajukan untuk bahan acuan pengetahuan tentang pancasila
Sekaligus menjadi persyaratan mata kuliah filsafat pancasila


DISUSUN OLEH KELOMPOK 04:
FAISAL ZEN
NUR HAYATI
ROHIYATUL MA’FIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI(STAIS)
MAJENANG Jl. KH. SUFYAN TSAURI CIGARU MAJENANG


BAB I
PENDAHULUAN

            I.            LATAR  BELAKANG
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,kemudian Kami pisahkan antara keduanya…..” (Al Anbiya’ 30).
Bumi yang saat ini kita tempati dengan segala isinya yang senantiasa kita nikmati, tentunya tidak terjadi begitu saja, tidak ada dengan sendirinya tanpa ada hal besar yang melatarbelakangi keberadaannya. Pasalnya, jika kita menilik pada ayat Al-Qur’an di atas, jelas Allah mengatakan bahwa pada mulanya bumi dan langit adalah satu kesatuan yang tidak terpisah seperti saat ini. Tetapi kemudian Allah menjadikannya dua bagian yang terpisah seperti halnya yang kita lihat saat ini.
Inilah yang kemudian menjadi dasar ketertarikan para ilmuwan dan peneliti untuk menelusuri lebih mendalam tentang proses peralihan bumi yang mulanya, menyatu dengan langit, kemudian terpisah. Berbagai teori kemudian muncul sebagai akibat dari adanya penelitian ilmiah terkait hal itu. Ada George Lemaitre sebagai motor dari teori letusan hebat (Big Bang),  juga ada Astronomi Inggris Fred Hoyle yang memotori teori keadaan tetap. Yang kesemuanya memiliki perbedaan yang sangat prinsip sehingga berimplikasi pada saling menjatuhkan antar satu dengan lainnya.
Sebagai mahasiswa, rasa ingin tahu lebih dalam menterkait hal ini tentulah menjadi sesutu yang sangat prioritas. Pasalnya, mahasiswa sebagai insan berpendidikan, akademisi yang terdidik dan figure yang telah memiliki tempat tersendiri di kalangan masyarakat dituntut untuk bisa memenuhi permintaan masyarakat yang cenderung bertanya-tanya perihal kejadian alam semesta yang sarat akan misteri. Sangat menggelitik rasanya, jika kita sebagai bagian dari  civitas akademika yang dikenal sebagai insan mahir dalam dunia keilmuan dan pengetahuan kemudian tidak cakap dan tanggap dalam rangka menjawab kebutuhan yang ada di masyarakat
Terlepas dari itu semua. Pengetahuan yang lebih mendalam tentang alam semesta akan berimpikasi pada meningkatnya intensitas keimanan sebagai akibat dari munculnya rasa syukur yang mendalam dan rasa takjub akan kebesaran Allah yang telah menciptakan alam semesta yang begitu komplek proses terjadinya. Sangat mustahil, jika alam semesta yang demikian luas dan megahnya ini tidak ada yang mengaturnya. Bergantinya bulan dan matahari, siang dan malam, musim hujan dan musim panas, tentulah ada kekuatan dahsyat yang memotori semua itu, dan itu tidak lain adalah Dia Yang Maha Esa, Maha Perkasa lagi Maha Sempurna, Maka benarlah apa yang Allah firmankan dalam kitab-Nya.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan berbaring. Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata,  Ya Tuhan kami. tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”
Nah, atas dasar itulah, maka perkenankan kami untuk mengupas lebih mendalam terkait alam semesta dan tata surya yang kami rangkum dalam makalah ini. Kiranya ini sebagai muqaddimah dari apa yang menjadi esensi fundamental dalam makalah ini.  Biarkan mata itu menyusuri setiap lorong-lorong yang dianyam dari huruf-huruf hebat sarat pengetahuan dan pelajaran, dan semogalah hati berkenan untuk juga membuka mata. Amien.!

         II.            TUJUAN  PEMBAHASAN
a.       Menambah wawasan keilmuan terkait alam semesta dan tata surya
b.      Sebagai  sarana tafakkur ayatilllahi  (memikirkan kekuasaan Allah)
c.       Mengetahui pengertian Alam Semesta dan Tata Surya
d.      Mengetahui teori-teori asal mula Alam semesta dan Tata surya
e.       Mengetahui bagaiman Al-Qur’an dan Al-Hadist menjelaskan proses terjadinya alam
f.        Mengetahui bagian-bagian dari alam semesta dan tata surya
g.      Mengetahui teori revolusi Darwin sekaligus hal-hal yang menjadi kelemahannya

      III.            SISTEMATIKA PENGUMPULAN DATA
Dalam menyusun makalah ini, penyusun melakukan pencarian data dan mempelajari wacana-wacana yang berkaitan dengan batasan tema yang telah diberikan melalui media internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    ISTILAH “PENCIPTAAN”           
            Pertama, khalaqa pada surat al-A’raf:54, Yunus:3, Hud:7, al-Furqan:59, as-Sajdah:4, Fushilat:9, al-Hadid:4. Menurut ar-Raghib al-Ashfahani, “Kata al-khalq dapat digunakan dalam makna al-ibda’, yaitu menciptakan sesuatu tanpa asal dan meniru (tidak ada contoh sebelumnya). Namun dapat pula digunakan dalam makna al-iejad, yaitu menciptakan sesuatu dari sesuatu (menciptakan dari bahan yang telah ada sebelumnya). Menurut ar-Raghib, kata khalqus samawat wal ardhi maknanya al-ibda’ dengan dilalah firman Allah: badi’us samawat wal ardh” (Qs. Al-Baqarah:117) Al-Mufradat fi Gharibil Quran, I:157.
            Kedua, ja’ala dalam surat Fushilat:10, yang bermakna ”menyusun, mengolah bahan yang telah ada sebelumnya menjadi ciptaan baru”.
             Istilah ketiga ialah qadla dalam kata faqadlahunna (surat Fushilat:12). Istilah ini bermakna ”menetapkan”. Penggunaan istilah qadla (”menetapkan”) dalam ayat itu terkait dengan penciptaan langit: ”Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa…”
  
              Jika ditilik dari urutan pembahasan ayat-ayat tersebut, maka ”penetapan” tujuh langit berada pada bagian paling akhir rangkaian penciptaan. Namun, mengingat alam semesta senantiasa berproses, maka ”menetapkan” di sini tidak bisa disamakan dengan ”menyelesaikan”. Yang ”selesai” bukanlah fisik langit atau alam semesta, melainkan hukum-hukumnya. Dengan hukum-hukum itulah, alam semesta terus menerus berproses.
             Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penciptaan alam semesta terjadi melalui sejumlah tahapan yang kontinyu: dimulai dengan penciptaan dari ketiadaan, penciptaan baru dari ciptaan-ciptaan sebelumnya, hingga penetapan hukum-hukum alam.

B.     PENGERTIAN PLANET
      Planet yang berasal dari bahasa  yunani kuno “aster planetes
Berarti bintang pengelana adalah benda astronomi yang mengorbit sebuah bintang atau sisa bintang yang memiliki gravitasi tersendiri, tidak terlalu besar untuk menciptakan fusi termonuklir dan telah membersihkan daerah sekitar orbitnya yang dipenuhi planetesimal.
Orang kuno mempercayai bahwa planet adalah sesuatu yang abadi, atau perwakilan dewa. Tapi setelah perkembangan zaman, pada tahun 2006 persatuan astronomi internasional(IAU) mendefinisikan planet. Definisi ini dipuji namun juga dikritik dan masih diperdebatkan oleh sejumlah ilmuwan karena tidak mencakup benda-benda bermassa planet yang ditentukan oleh tempat atau benda orbitnya. Meski delapan benda planet yang ditemukan sebelum 1950 masih dianggap "planet" sesuai definisi modern, sejumlah benda angkasa seperti ceres, palas, juno, vesta(masing-masing objek di sabuk asteroid Matahari), dan Pluto (objek trans-Neptunus yang pertama ditemukan) yang dulunya dianggap planet oleh komunitas ilmuwan sudah tidak dipermasalahkan lagi.

C.     PROSES PEMBENTUKAN PLANET

      Planet terbentuk di dalam piringan debu dan gas yang mengelilingi bintang-bintang muda. Memandang tempat kelahirannya berarti melakukan perjalanan ke masa lalu Bumi beserta saudara-saudaranya. Sekarang, para astronom telah dapat memperoleh gambaran rinci piringan protoplanet dua bintang dengan menggunakan teleskop Subaru di Hawaii. Ini merupakan yang pertama kalinya bahwa struktur piringan yang sebanding dengan ukuran tata surya kita telah mengungkap hal ini dengan jelas, menunjukkan fitur-fitur seperti cincin dan celah yang berkaitan dengan pembentukan planet raksasa.
      Observasi ini merupakan bagian dari survei sistematis untuk mencari planet-planet dan piringan di sekitar bintang muda dengan menggunakan kamera canggih yang dirancang khusus untuk tujuan ini.
      Sistem planet, seperti halnya sistem planet kita, berbagi asal-usul sebagai produk sampingan dari pembentukan bintang. Gravitasi bintang yang baru lahir mengumpulkan sisa gas dan debu di dalam sebuah piringan materi padat yang mengorbiti bintang. Penggumpalan dalam piringan ini mengumpulkan lebih banyak dan lebih banyak lagi materi, sampai gravitasi mereka sendiri menjadi cukup kuat untuk mengkompres mereka ke dalam tubuh padat yang kita kenal sebagai planet. Pada tahun-tahun terakhir ini telah terlihat kemajuan substansial baik dalam pengamatan (kebanyakan tidak langsung) maupun dalam pemodelan teoritis seperti piringan “protoplanet”. Dua observasi terbaru telah menambahkan rincian baru yang menarik, mengungkapkan beberapa struktur yang belum pernah terlihat secara langsung.


D.    TEORI KEADAAN TETAP
Dalam teori keadaaan tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat mengatakan bahwa zat baru itu ialah hydrogen, yaitu sumber yang menjadi asal usul bintang dan galaksi.
Penciptaan zat berkesinambungan dari ruang angkasa yang tampaknya kosong itu diterima secara skeptis oleh para ahli, sebab hal ini rupanya melanggar salah satu hukum.

E.     TEORI BIG BANG

Dahulu Seluruh materi dan energi pernah bersatu menjadi sebuah bola besar,dimana gaya gravitasi masih labil dan terdapat banyak gayak olek (gaya dorong dari sumber tak dikenal). Suatu ketika terjadi reaksi inti pada bola besar tersebut dengan gaya gravitasi yang labil dan gaya olek, sehingga terjadilah ledakan besar(big bang). Bola besar itu meledak menjadi beberapa partikel yang memiliki berat jenis yang lebih kecil dan terus bergerak menjauhi ledakan. Partikel partikel ini kemudian mengembang dengan cepat serta berproses menjadi matahari, planet, galaksi, dll. 
Nah, oleh sebab kejadian kronologis tersebut, kemudian teori Big Bang semakin menguatkan pendapat bahwa alam semesta ini berawal dari ketiadaan menjadi ada.

Secara umum, planet terbagi menjadi dua jenis utama: raksasa gas besar berkepadatan rendah dan raksasa darat  kecil berbatu. Sesuai definisi IAU, ada delapan planet di Tata Surya. Menurut jaraknya dari Matahari (dekat ke jauh), ada empat planet kebumian, Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars, kemudian empat raksasa gas, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Enam planet di antaranya dikelilingi oleh satu satelit alam atau lebih. Selain itu, IAU mengakui lima planeT kerdil dan ratusan ribu benda kecil Tata Surya. Mereka juga masih mempertimbangkan benda-benda lain untuk digolongkan sebagai planet.
F.      HIPOTESIS NEBULA

Dalam kosmogoni, hipotesis nebula adalah model yang paling banyak diterima yang menjelaskan pembentukan dan evolusi Tata Surya. Ada bukti yang menunjukkan bahwa hipotesis ini pertama kali diusulkan pada 1734 oleh Emanuel Swedenborg  Awalnya hipotesis ini diterapkan hanya untuk Tata Surya saja, namun sekarang hipotesis ini dianggap berlaku juga untuk pembentukan seluruh alam semesta[1]Variasi modern yang diterima secara luas dari hipotesis nebula adalah Model cakram nebula surya (Solar Nebular Disk Model) (SNDM).[2]
Menurut hipotesis nebula, bintang terbentuk di awan yang besar dan padat dari awan molekul raksasa-molekul hidrogen Gravitasi awan tersebut tidak stabil, dan materi bergabung menjadi gumpalan-gumpalan kecil yang lebih padat yang akhirnya runtuh dan membentuk bintang. Pembentukan bintang adalah proses yang kompleks, yang selalu menghasilkan gas cakram protoplanet di sekitar bintang muda. Kejadian ini dapat melahirkan planet dalam keadaan tertentu, yang sampai sekarang belum diketahui prosesnya dengan baik. Dengan demikian pembentukan sistem planet dianggap sebagai hasil alami dari pembentukan bintang. Bintang yang menyerupai matahari biasanya memakan waktu sekitar 100 juta tahun untuk terbentuk.
Cakram protoplanet merupakan piringan akresi yang melanjutkan untuk memberi makan bintang pusat. Cakram ini awalnya sangat panas, yang kemudian mendingin yang dikenal sebagai tahap bintang T Tauridi sini dimungkinkan terbentuknya butiran-butiran debu yang terbuat dari batu dan es. Butir-butiran ini akhirnya mengental menjadi planetisimalberukuran kilometer. Jika cakram berukuran cukup besar proses pertumbuhan bisa dimulai dengan sangat cepat, dalam waktu 100.000 sampai 300.000 tahun dapat membentuk embrio planet dengan ukuran sebesar jarak Bulan ke Mars.  Di dekat bintang, embrio planet melewati tahap penggabungan, menghasilkan beberapa planet kebumian.  Tahap terakhir memakan waktu sekitar 100 juta sampai satu miliar tahun.
Pembentukan planet raksasa merupakan proses yang lebih rumit. Proses ini diduga terjadi di luar garis bekudi mana embrio planetumumnya terbuat dari beragam es. Akibatnya mereka beberapa kali lebih besar dibandingkan yang terbentuk di bagian dalam piringan protoplanet. Apa yang terjadi setelah pembentukan embrio planet belum sepenuhnya diketahui. Namun, beberapa embrio terus tumbuh dan akhirnya mencapai 5-10 kali massa Bumi. Akumulasi gas oleh inti diawali dengan proses yang lambat, yang terus menerus selama beberapa juta tahun, namun setelah membentuk protoplanet yang mencapai sekitar 30 kali massa Bumi akumulasi ini menjadi luar biasa cepat. Planet yang menyerupai Yupiterdan Saturnus diperkirakan menumpuk sebagian besar massa mereka hanya selama 10.000 tahun. Akresi berhenti saat gas habis. Planet yang baru terbentuk dapat berpindah menempuh jarak jauh selama atau setelah proses pembentukan mereka. Raksasa gas seperti Uranus dan Neptunus dianggap sebagai kegagalan inti, yang terlambat terbentuk ketika cakram hampir hilang.

BAB III
PENUTUP

       I.            KESIMPULAN
Sampai sekarang belum ada teori yang benar-benar tepat untuk mengambarkan masa depan alam semesta. Pertanyaan kita sekarang tentang suatu hal pada akhirnya akan terjawab , namun setelah itu akan muncul beberapa pertanyaan baru. Demikianlah yang akan terjadi jika kita bertanya tentang alam semesta, kita tidak akan pernah puas karena sifat curiosity kita. Seringkali kita mendapati suatu pertanyaan yang sangat mendasar, yang mendapat jawaban membuat hati kita kagum, heran, takzim dan sampai pada tingkat suatu perenungan bahwa betapa luar biasa kuasa Allah SWT.
Namun demikian, sebagai sebuah akhir dan penutup dari makalah ini, sedikit ada beberapa poin penting yang bisa kami jadikan simpulan. Diantaranya :
a)      Alam semesta mencakup mikrokosmos, atau benda-benda yang kecil seperti, atom, electron, partikel dan sebagainya, serta juga mencakup makro kosmos, atau benda besar seperti, bintang, bulan, matahari dan sebagainya.
b)      Tata surya terdiri dari mataharti. Planet-planet, dan berbagai benda langit seperti galaksi, komet dan asteroid.
c)       Ada 2 teori yang menjelaskan asal mula terbentuknya alam semesta. Yaitu, teori kedaan tetap dan teori big bang,
d)     Sedangkan teori terbentuknya tata surya ada lima.yaitu, teori nabula, planetesimal, teori pasang surut, teori awan debu dan bintang kembar
e)      Al-Qur’an  dan Al-Hadist sebagai sumber hukum dan keberagaman seorang muslim yang di dalamnya berisi tentang semua ilmu pengetahuan, juga menjelasklan tentang proses terjadinya Alam semesta
f)       Ada tujuh bagian dari alam semesta dan tata surya, Galaksi, matahari, bumi, planetoda dan asteroid, komet, satelit, meteor
g)      Ada beberapa hal yang kemudian menjadikan teori Darwin sebagai sebuah kebohongan yang bersembunyi di balik tirai keilmiahan.

    II.            KRITIK DAN SARAN
Tidak dipungkiri, bahwa sebagai manusia biasa tentunya konsekwensi salah dan khilaf itu juga berlaku pada pribadi kami masing-masing. Juga sangat mustahil, jika kami masih dijadikan Allah sebagai manusia dengan status “biasa” yang penuh kelemahan dan keterbatasan, mampu mencapai tatanan keidealan dan kesempurnaan karya. Tentulah ada di sana-sini bercak yang sedikit banyak telah mencemari dan mengurangi intensitas kesempurnaan dan keidealannya sehingga tampaklah ketidaksempurnaan atau kecacatannya.
Berangkat dari itu semua, di akhir pembahasan makalah  ini dan sebelum kami tutup, ada baiknya dan mungkin itu memang sangat baik dan dibutuhkan, kami membuka kritik, saran, cercaan, hinaan, dan sejenisnya yang tentunya tetap memprioritaskan asas “kontruktif” atau membangun sebagai orientasi fundamental dari lahirnya kritikan dan sebagainya itu.
Tak pelak, apa yang ada di tangan Anda ini adalah bahasan yang masih rancau kronologinya. Ya, secara teoritis, semua yang terangkul dalam tulisan ini adalah bersumber dari para tokoh hebat penggagas ide-ide besar. Tetapi kami selaku penyusunnya adalah pribadi-pribadi kerdil yang tidak begitu solid pemahamannya. Sehingga memungkinkan dalam penyusunnya masih ada tumpang tindih (over lapping), ketidakcocokan, minim keruntutan, dan sebegainya.
Meski demikian, kami berbesar harapan semoga kesalahan-kesalah itu tidak sampai merusak esensi dasar dan nilai-nilai fundamentalnya. Dan kami sangat bersyukur jika nantinya ada masukan-masukan dari pembaca yang bisa mengurangi kesalahan-kesalahan itu.
Demikian kiranya akhir dari makalah ini. Salam sejahtera untuk Anda, para pembaca yang dirahmati. Semogalah manfaat dari apa yang tertulis di atas lembaran ini berkenan menyelusup ke dalam relung hati dan menjadi salah satu modal untuk meniti langkah sukses nantinya. Amien!
           






                                                       DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim
An-Nihayah fi Gharib Al-Hadits wa Al-Atsar, Juz II, hlm. 34-35

Sumber Buku;
Purnama, Heri, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Ismail al-Jawisy, Muhammad, Maha Besar Allah Atas Semua Ciptaan-Nya, Jogjakarta: Garailmu, 2009.
Jasin, Maskoeri, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Tjasyono HK, Bayong, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung: Rosda, 2009.
Endarto, Danang, PengantarKosmografi, cet. I, Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, 2005.
Maskufa, Ilmu Falaq, cet. I, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.
Fredette Claude Lefleur, Nathalie, penerjemah; Hendro Setyanto, Understanding The Universe, Jackues Fortin, 2006.
Sumber internet;
http://wikipedia.com
http://google.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis_nebula#cite_note-Montmerle2006-5
http://id.wikipedia.org/wiki/Bintang_T_Tauri
http://id.wikipedia.org/wiki/Piringan_akresi




[1]Kosmogoni adalah cabang astrofisika yang mempelajari asal dan struktur alam semesta secara luas (berlawanan dengan penelitian asal benda langit secara khusus). Dengan demikian, kosmogoni adalah catatan bagaimana alam semesta terbentuk; dan oleh karena itu, cerita penciptaan dalam Kitab Kejadian adalah suatu kosmogoni, dan ada banyak yang lain, baik ilmiah maupun mitologis.
[2]Kosmogoni adalah cabang astrofisika  yang mempelajari asal dan struktur alam semesta secara luas (berlawanan dengan penelitian asal benda langit secara khusus). Dengan demikian, kosmogoni adalah catatan bagaimana alam semesta terbentuk; dan oleh karena itu, cerita penciptaan dalam Kitab Kejadian adalah suatu kosmogoni, dan ada banyak yang lain, baik ilmiah maupun mitologis.

No comments:

Post a Comment